Catatan Mudik 2
Saya tidak tahu muasalnya,mengapa shalat berjamaah magrib di kampung ku disebut ma’berejama’. Kalau dilihat dari istilahnya, kata itu berarti berjabat tangan atau memberi salam. Awalnya saya mengira bahasa Bugis berejama’ artinya berjama’ah, ternyata bukan. Berjabat tangan ataupun memberi salam, sama sekali tak berkaitan dengan arti shalat berjamaah. Setiap magrib, sewaktu bocah dulu nenek rutin mengajak saya berejama’ di masjid kampung kami. Setelah keluar dari masjid, maka rutinitas berjabat-tangan laki atau perempuan pun dilakukan. Seolah tak lengkap, jikalau tidak semua jamaah di jabat tangani. Jabat tangan berarti ungkapan maaf atas segalah dosa, setelah seharian beraktifitas, kata kakek saya.