Kampung ini telah banyak berubah setelah sekitar sepuluh tahun berlalu. Jalan yang dulu kutempuh berjalan kaki atau naik kuda saat pulang kampung sejauh enam belas kilometer, kini sudah agak layak. Jalan yang dulunya berlumpur di musim hujan serta berlubang, berdebu dan berbatu curam di musim kemarau, kini sudah nampak tegar membentang ,karena konstruksi pengerasan dan sebagiannnya sudah beraspal kasar. Kategori layak ini, tentu menurut ukuran kampungku.
Walau berliku, menanjak dan bebatuan masih sedikit mengganggu, setidaknya motor ataupun truk sudah bisa mengangkut kemiri para pekebun untuk di jual di kota. Para kuda sudah istirahat, bahkan ada yang sudah dipecat sebagai pengangkut barang dan juga binatang transportasi yang melecetkan tulang pantat itu. Mobil kuda berkaki empat, sudah tak lagi mampu tersaingi oleh kuda-kuda penganggur itu. banyak diantara mereka tewas disembelih, untuk hidangan pesta walimah. Naas betul, nasib kuda-kuda bermulut seksi itu.