Kemudian kita menghadapi sebuah ras, yang membatu dalam dogma, yang mengandaikan tidak adanya jiwa dan hanya hadirnya ingatan dan naluri atau terdemoralisasi oleh keberuntungan.
Sifat seperti itu tidak akan pernah bisa memimpin peradaban.
Genufleksi di hadapan berhala atau uang membuat otot yang berjalan dan kemauan yang bergerak berhenti berkembang.
Penyerapan yang hirarkis atau merkantil mengurangi pancaran suatu bangsa, merendahkan cakrawalanya dengan menurunkan derajatnya dan menghilangkan pemahamannya akan tujuan universal, sekaligus manusiawi dan ilahi, yang menjadikan bangsa-bangsa misioner.
Orang-orang yang merdeka, lupa bahwa mereka mempunyai jiwa yang harus diperhatikan, mencurahkan seluruh energinya untuk kemajuan materi.
Jika mereka berperang, maka hal itu dilakukan demi kepentingan komersial mereka.
Warga negara meniru Negara dan menganggap kekayaan, kemegahan dan kemewahan sebagai kekayaan hidup.