Banyak berita online yang menyamar sebagai "berita benar" padahal hoax. Dibuat oleh orang-orang yang berusaha mendorong bias atau disinformasi dengan sengaja untuk menimbulkan keberpihakan. Hal ini berbahaya bagi generasi muda yang bisa dibujuk untuk menerima pandangan menyimpang sebagai kebenaran.
Akun media sosial palsu dan troll membantu menyebarkan informasi yang salah. Masalahnya menjadi lebih buruk ketika jurnalis sungguhan melaporkannya sebagai fakta. Ketika misinformasi menjadi berita, batas antara fakta dan fiksi menjadi kabur.
Berita hoax menghadirkan opini yang kuat dan sering kali berisi prasangka yang dianggap sebagai fakta. Sayangnya, platform media sosial secara rutin mengarahkan opini-opini ini kepada mereka yang paling mungkin setuju untuk memperkuat opini tersebut. Efek yang disebut "ruang gema" ini diperburuk oleh algoritma yang mendorong Anda membaca materi serupa dengan apa yang sudah Anda bagikan di media sosial.
Informasi dari Internet adalah informasi mentah, belum diedit, dikurasi dan belum diperiksa. Masyarakat harus belajar untuk bisa membedakan sendiri apa yang nyata dan apa yang tidak, apa yang propaganda, apa yang fakta dan apa yang spekulasi. Munculnya kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan mesin menghasilkan informasi malah memperumit situasi. Kaum muda adalah kelompok yang paling berisiko terhadap "kegiatan yang salah arah dan jahat" untuk memutarbalikkan kebenaran secara online karena merekalah yang paling banyak terpapar internet.
Darrell M. West mengatakan "berita palsu dan kampanye disinformasi khususnya merupakan masalah dalam sistem demokrasi dan terdapat perdebatan yang berkembang tentang cara mengatasi masalah ini tanpa mengurangi manfaat media digital."
West menawarkan solusi yang komprehensif: "Untuk menjaga sistem yang terbuka dan demokratis, penting bagi pemerintah, dunia usaha, dan konsumen untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah ini. Pemerintah harus mendorong literasi berita dan jurnalisme profesional yang kuat di masyarakatnya. Industri berita harus menyediakan jurnalisme berkualitas tinggi untuk membangun kepercayaan publik dan mengoreksi berita palsu dan disinformasi tanpa melegitimasinya. Perusahaan teknologi harus berinvestasi pada alat yang dapat mengidentifikasi berita palsu, mengurangi insentif keuangan bagi mereka yang mengambil keuntungan dari disinformasi dan meningkatkan akuntabilitas online. Institusi pendidikan harus menjadikan penyampaian informasi kepada masyarakat tentang literasi berita sebagai prioritas utama. Yang terakhir, setiap individu harus mengikuti keragaman sumber berita dan bersikap skeptis terhadap apa yang mereka baca dan tonton."
Berpikir kritis adalah salah satu senjata paling berguna yang kita miliki untuk melawan disinformasi online. Seperti yang dikatakan penulis W. Somerset Maugham: "Fakta bahwa banyak orang mempercayai sesuatu tidak menjamin kebenarannya."