Forum tersebut berlangsung setelah penarikan Moskow dari kesepakatan gandum yang dimediasi oleh PBB dan Turki dan dikenal sebagai inisiatif gandum Laut Hitam. Di antara penerima pertama gandum Rusia adalah Burkina Faso, Somalia, Zimbabwe, Mali, Eritrea, dan Republik Afrika Tengah.
Saya teringat sebuah wawancara dari salah seorang perwakilan tinggi Rusia yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri oleh salah satu media Rusia berkaitan dengan tujuan strategis kebijakan luar negeri Rusia dimana beliau mengungkapkan bahwa kepentingan strategis utama Rusia terletak di Afrika karena kawasan ini kaya akan sumber daya. Ini juga merupakan wilayah di mana perubahan dan peluang terjadi secara konstan karena ketidakstabilan politik, pemberontakan militer (khususnya Nigeria dan Mali) dan pemerintahan yang buruk.
Perwakilan tinggi tersebut juga mengakui bahwa saat ini inisiatif diplomatik terhadap Afrika masih terbatas. Mengingat hasil wawancara tersebut, saya mencoba untuk membaca jalan pikiran pemerintah Rusia mengenai Afrika.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa selama beberapa tahun, pengaruh Moskow di Afrika melalui kelompok paramiliter bernama Wagner Group, "membuat Rusia semakin besar di setiap benua dan Afrika semakin bebas," menurut mantan komandan kelompok tersebut yaitu Yevgeny Prigozhin. Sebab organisasi tentara bayaran ini ternyata telah aktif terlibat di banyak negara di Afrika khususnya Republik Afrika Tengah dan Mali.
Jelas, dengan adanya perang di Ukraina, kebutuhan Rusia untuk menyebarkan pengaruhnya secara global menjadi semakin kuat. Sebab konflik tersebut dilaporkan telah membentuk sikap sebagian besar negara-negara Asia Tengah dan Kaukasus Selatan menjauhkan diri dari Moskow sambil tetap menjaga hubungan dan pada saat yang sama membangun dialog yang lebih erat dengan mitra-mitra Barat termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat.