Tren artis tampil di pentas politik saat pemilu bukanlah hal yang asing lagi. Di negara manapun dunia ini hal itu sudah biasa. Masalahnya adalah terkadang kita selalu bertanya-tanya. Apakah para penggiat seni ini berpihak kepada rakyat? Atau misalnya wajarkah seniman atau artis menjadi petugas partai?
Yah harap maklum sajalah. Memang beginilah politik kita sejak dulu. Sindir menyindir sudah menjadi budaya. Kalau pun ada perdebatan yang bermutu biasanya hanya seputaran isu pembangunan ekonomi. Padahal politik kan bukan hanya seputaran ekonomi semata. Tapi ya gitu deh..
Politik demagogue yang kaya gini memang selalu dikaitkan dengan kekotoran. Makanya ada ungkapan, " Politik itu Kotor". Sehingga saat artis masuk politik dan mulai berpihak maka mereka akan dilihat kotor oleh para fans mereka yang kebetulan partainya tidak sehaluan dengan sang artis.
Ada yang berpandangan, terutama di kalangan seniman itu sendiri bahwa seniman itu seharusnya bebas dari unsur politik karena jika seniman masuk politik maka mereka akan cenderung menjadi penjilat. Menurut mereka lagi peran seniman adalah untuk mengangkat suara rakyat terutama membela warga pinggiran. Seniman itu harus berani dan lantang mengkritik penguasa yang korup.
Seniman seharusnya bebas. Saya setuju sekali. Namun jika seniman tidak boleh ikut partai politik bukankah pada akhirnya hanya akan menghilangkan kebebasan berpendapat sang seniman tersebut?
Jadi biarlah para seniman itu masuk panggung politik agar mereka memiliki pengalaman yang lain selain dunia panggung hiburan yang telah lama mereka geluti.
Hanya alangkah baiknya apabila idealisme dalam dunia seni diaplikasikan juga kedalam dunia politik. Bukankah politik juga adalah seni?
Jadikanlah pentas politik sebagai panggung untuk berekspresi.