Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ketakutan Amerika Terhadap Tiongkok

11 September 2023   19:07 Diperbarui: 11 September 2023   19:52 132 5
Kekhawatiran rakyat AS apakah akan berperang atau tetap berdamai dengan Tiongkok adalah pertanyaan yang meskipun sebagian besar setuju dengan jawabannya namun tampaknya membuat orang Amerika semakin cemas.

Raja Krishnamoorthi, salah seorang pejabat partai Demokrat pernah mengatakan bahwa salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh konstituennya adalah bagaimana AS dapat menghindari konflik terbuka dengan Tiongkok. Beliau juga mengatakan bahwa mayoritas orang Amerika melihat Tiongkok sebagai pesaing yang mereka khawatirkan persaingan ini berubah menjadi perang. Bahkan dalam sebuah survei pada akhir 2021 menyebutkan bahwa 71 persen orang Amerika khawatir tentang potensi perang dengan Tiongkok dalam lima tahun ke depan.

 Mengapa orang Amerika begitu khawatir?

 Mudah untuk dijawab jika kita melihat kebijakan berturut-turut yang telah dikeluarkan oleh Washington terhadap Tiongkok. Seperti sanksi penuh terhadap raksasa teknologi Tiongkok Huawei dan tindakan kontrol yang berlebihan untuk perusahaan Tiongkok lainnya.

Di Capitol Hill, beberapa anggota parlemen mengusulkan undang-undang untuk Republik Demokratik Kongo di Afrika yang jauh karena Tiongkok "mengontrol" sumber daya mineral negara tersebut. Lebih dari 1.300 perusahaan Tiongkok telah dikenai sanksi oleh AS dengan berbagai alasan.

Pasukan AS dimobilisasi secara intensif.  Berbagai aliansi yang dilakukan Washington, yang konon demi keseimbangan keamanan, semuanya ditargetkan untuk satu tujuan, Tiongkok.

Bahkan New York Times mencium aroma perang. Judul artikel yang diterbitkan dalam edisi online pada 13 Juli menulis, "'An Act of War': Inside America's Silicon Blockade Against China."

 Mantan presiden AS Ronald Reagan  berkata, "Perdamaian bukanlah ketiadaan konflik, tetapi kemampuan untuk mengatasi konflik dengan cara damai." Ubah saja satu kata dalam kalimat itu dan pasti akan cocok dengan keadaan hari ini: Perdamaian bukanlah ketiadaan persaingan, tetapi kemampuan untuk mengatasi persaingan dengan cara damai.

 Di permukaan, pemerintahan Biden telah mengakui bahwa konfrontasi dengan Tiongkok bukanlah untuk kepentingan Tiongkok dan AS maupun dunia pada umumnya.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pun pernah berkata bahwa ada kemungkinan hubungan AS-Tiongkok yang stabil. Terlepas dari persaingan yang melekat dan ketegangan yang terus berlanjut antara kedua kekuatan tersebut.

 Namun demikian, Washington terus mengadopsi permainan zero-sum yang bertujuan untuk mengalahkan Tiongkok. Meskipun tetap memberi ruang untuk pengelolaan yang damai dan menguras kemampuan mereka untuk menangani persaingan dengan cara damai.

 Kedatangan Dr. Henry Kissinger yang mengunjungi Tiongkok seperti memperingatkan kita akan bahaya konflik Tiongkok-AS yang dapat menyebabkan perang kecuali jika ada beberapa tindakan kooperatif antara Tiongkok dan AS.

 Di Washington saja seperti ada keyakinan kuat bahwa Tiongkok berencana akan menggantikan AS sebagai kekuatan global yang dominan.

Sementara di pihak Tiongkok sendiri semakin banyak orang Tiongkok percaya bahwa AS bertujuan untuk melakukan segala daya dan upaya untuk menghambat pembangunan Tiongkok.

 Sejarah memberi tahu kita bahwa kecemasan kekuatan hegemonik selalu terkait dengan kegelisahannya terhadap penantang dan ketakutan yang berlebihan pada akhirnya hanya menyebabkan perang melawan penantang.  

Pemerintahan Biden sepertinya menghadapi situasi yang semakin kompleks dalam menyesuaikan kebijakan Tiongkok sehingga membatasinya untuk mengambil pendekatan yang lebih berkelanjutan dan fleksibel dalam mengelola persaingan dengan Tiongkok  

Pertanyaannya bisakah Washington mengelola kebijakan tentang Tiongkok yang lebih terkendali?

Mari kita tunggu jawabannya...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun