Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop

Jepang Tidak Bisa Menggunakan Laporan IAEA sebagai Upaya agar Mereka Boleh Membuang Limbah Nuklir ke Laut

3 September 2023   18:57 Diperbarui: 3 September 2023   19:02 162 3
Sejak 2011, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) melakukan upaya untuk mendinginkan reruntuhan reaktor yang meleleh dengan menuangkan air ke atasnya. Akibatnya lebih dari satu dekade kemudian lebih dari satu juta ton air tercemar terkumpul dan disimpan di lebih dari 1.000 tangki. Air ini mengandung berbagai partikel radioaktif seperti cesium, lithium, strontium dan tritium yang semuanya berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pada April 2021 pemerintah Jepang menyetujui rencana TEPCO untuk membuang air limbah ke laut dengan alasan kurangnya ruang untuk tangki penyimpanan. Menurut mereka, Advanced Liquid Processing System (ALPS) dapat menghilangkan sebagian besar radionuklida kecuali tritium.

Pertanyaannya adalah seberapa andal ALPS dalam menghilangkan radionukluda?

Padahal pada tahun 2018, TEPCO mengakui bahwa 80 persen air olahannya mengandung radionuklida berbahaya, jauh di atas tingkat aman yang diperlukan untuk pembuangan ke laut.

Kemudian dilaporkan pada tahun 2020 72 persen air di dalam tangki perlu diolah kembali.Bulan lalu, para ahli Korea Selatan yang melakukan kunjungan rutin ke Fukushima mengetahui bahwa ALPS telah mengalami delapan kesalahan sejak 2013. Ada sampel yang menunjukkan bahwa air yang diolah masih mengandung partikel radioaktif konsentrasi tinggi yang melebihi standar keamanan internasional.

Biomagnifikasi juga merupakan faktor yang harus diperhatikan. Bahkan jika radionuklida berada dalam standar tertentu dalam air yang diolah, zat tersebut dapat dipindahkan dari satu organisme ke organisme lain di sepanjang rantai makanan.

Jika seekor udang kecil membawa bahkan 0,0000001 mg zat radioaktif di dalam tubuhnya, ketika 1.000 di antaranya dimakan oleh ikan kecil, tingkat konsentrasinya meningkat menjadi 0,0001 mg. Kemudian ketika ikan yang lebih besar memakan yang lebih kecil dan akhirnya menjadi hidangan di atas meja, Manusia sebagai predator puncak memiliki risiko yang jauh lebih tinggi.

Keputusan tergesa-gesa pemerintah Jepang dalam pembuangan air laut menimbulkan banyak risiko bagi industri dan kesehatan masyarakat di sekitar Pasifik.

Laporan IAEA hanyalah salah satu dari banyak langkah yang harus diambil sebelum pilihan akhir dapat dibuat. Jepang masih perlu melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan internasional dan mendatangkan lebih banyak ilmuwan independen dari pihak lain untuk mempelajari masalah ini secara menyeluruh.

Sebagai negara dengan pengalaman ledakan nuklir yang menyakitkan, Jepang harus memahami lebih baik dari negara manapun konsekuensi bencana ketika zat nuklir tidak ditangani dengan cara yang tepat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun