Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Mengenal Bunga “Kimilsungia” Perekat Indonesia-Korea Utara

9 September 2011   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06 309 1
[caption id="attachment_129070" align="aligncenter" width="400" caption=""][/caption]
Pada 13 April 1965, Presiden
Korea Utara Kim Il Sung
melakukan kunjungan
diplomatik ke Indonesia. Pada kesempatan kunjungan
itu, Presiden Indonesia
Soekarno mengajak Kim Il
Sung berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor, sebuah taman besar tempat tumbuhnya
berbagai jenis tanaman. Ketika mereka berjalan-jalan
di taman itu sambil menikmati indahnya suasana, Kim Il Sung
berhenti sejenak untuk menikmati deretan anggrek
jenis “dendrobium” asal Makassar, yang sedang mekar. Melihat sejawatnya tertarik
dengan bunga itu, Bung Karno
langsung memberikan bunga
anggrek tersebut kepada Kim
Il Sung. Hadiah itu sekaligus
sebagai hadiah ulang tahun
untuk sang tamu. Pada saat itu juga, Bung
Karno berinisiatif untuk memberikan nama kepada
bunga tersebut. Muncullah nama “Kimilsungia”,
perpaduan nama Kim Il Sung dan Indonesia. Sejak itulah, Kimilsungia
diabadikan sebagai bunga
nasional Korea Utara,
sekaligus sebagai simbol persahabatan Indonesia dan
Korea Utara. “Diplomasi bunga” ala
Soekarno itu akhirnya
menjadikan Indonesia sebagai
negara istimewa di hati rakyat
Korea Utara. Tidak ingin mengecewakan
negara pemberi, Kimilsungia
pun dirawat dan
dikembangkan di Korea Utara. Pengembangan bunga itu
terus berjalan di Korea Utara.
Proses budi daya di negeri itu
bukan hanya menjadikan
bunga itu terus tumbuh,
melainkan dikembangkan
menjadi lebih subur. Jika di Indonesia Kimilsunga
memiliki tiga kuntum setiap
tangkainya, di Korea Utara
dibudidayakan menjadi enam
hingga tujuh kuntum setiap
tangkai. Untuk mengenang hubungan
baik kedua negara,
pemerintah Korea Utara pada 1999, untuk pertama kalinya,
menggelar “Festival Bunga
Kimilsungia”. Festival itu juga sebagai
penghormatan bangsa Korea
Utara kepada mendiang Kim Il
Sung, presiden yang sangat
dicintai rakyatnya. Indonesia dan Korea Utara
berupaya menjaga sekaligus
memperkukuh hubungan baik
tersebut dengan melakukan
saling kunjungan antarkepala
pemerintahan. Kunjungan Presiden Megawati
Soekarno Putri ke Pyongyang
pada Maret 2002 misalnya,
memiliki makna khusus,
karena Megawati merupakan
putri Bung Karno. Dilanjutkan kunjungan
kenegaraan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada Juni 2006 atas undangan Presiden
Korea Utara Kim Jong Il, putra
Kim Il Sung.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun