Salah satu suku yang berada di daratan Sultra adalah Suku Tolaki. Tersebar di hampir seluruh jazirah Tenggara pulau Sulawesi, suku ini berjumlah kurang lebih 900 ribu jiwa. Mendiami mulai dari Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara dan Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi.
Sebagai daerah dengan beberapa aliran sungai-sungai besar dan kecil, beberapa kali kita mendengar kasus kematian manusia akibat diterkam buaya. Ada dua sungai yang terbilang besar dan panjang di daratan Sultra ini, yaitu Sungai Lasolo di Konawe Utara dan Sungai Konaweha di Kab. Konawe.
Di beberapa daerah punya cerita khusus tentang buaya yang erat kaitannya dengan budaya di daerah tersebut. Jika suku Betawi mempercayai bahwa buaya adalah simbol kesetiaan dan keperkasaan, maka beda halnya dengan masyarakat Tolaki. Suku Tolaki mempercayai beberapa mitologi yang berkaitan dengan buaya. Bahkan kepercayaan ini turun temurun dipercayai oleh masyarakat suku Tolaki.
Yang paling sakral adalah isu atau kabar perselingkuhan. Masyarakat Tolaki mengenal istilah "mo engui" atau "umoapi" yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai perselingkuhan.
Seseorangyang telah menikah lalu melakukan hubungan terlarang dengan laki-laki atau perempuan lainnya dianggap sebagai perbuatan yang terkutuk oleh masyarakat Tolaki.
Suku Tolaki meyakini bahwa setiap orang yang mendengar kabar perselingkuhan itu harus atau wajib hukumnya untuk tidak menyimpan berita itu sendiri. Atau dengan kata lain kabar tersebut harus disampaikan kepada orang lain. Sebab jika kabar tersebut tidak disampaikan kepada orang lain, sama halnya orang tersebut dikategorikan ikut menyembunyikan dan membantu perselingkuhan itu.