Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Pulau Pengantin di Pulau Tegal

6 Februari 2014   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 412 4
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Menikmati keindahan Pulau Pengantin :)"][/caption]

Apa yang tergambar di benak kita ketika mendengar nama Pulau Pengantin? Sebuah pulau yang indah, cantik dan menawan? Atau ada kisah seribu satu malam sehingga muncul nama tersebut? Hmmm… tentunya pikiran itu muncul ketika saya dan teman-teman menuju ke sana tanpa arah dan tujuan yang jelas. Lho? Iya, nggak jelas. Karena kami nggak tahu jalan dan tempatnya.

Berawal dari kedatangan kami ke Pulau Tegal di Lampung Selatan awal Januari lalu, kami dapat menginjak pulau ini. Sebelumnya, bulan Juni 2013 yang lalu kami juga berkunjung ke pulau Tegal ceritanya di sini. Jadi bulan lalu untuk kali kedua kami datang ke sana. Kedatangan kami yang pertama bersama teman-teman Semestarian untuk mengirimkan buku dan berbagi ilmu di sana. Dan Januari kemarin kedatangan kami ke sana untuk silaturrahim, bermain dan bertemu dengan anak-anak Pulau tentu saja.

Baiklah, lanjut ke Pulau Pengantin. Berawal dari keisengan kami mengisi kekosongan di hari Sabtu tengah hari yang terik kami sedang berjalan dari surau selepas menjalankan ibadah shalat dhuhur. Melewati rumah penduduk sekitar, kami berjalan beriringan tak lama dua orang bapak-bapak lewat di samping kami membawa pancing . Iseng salah satu dari kami bertanya kepada mereka.

“Mau mancing di mana, Pak?” Pertanyaan kami beralasan karena laut ada di sebelah kanan kami, sementara dua bapak ini berjalan ke arah kiri yang semuanya terlihat pegunungan.

“Ke Pulau Pengantin.” salah satu dari mereka menjawab.

“Pulau Pengantin di mana, Pak? Kita mau ikut boleh nggak?” serempak kami sibuk sendiri, sibuk ingin turut serta ke Pulau Pengantin. “Jauh nggak, Pak, dari sini?”

“Hayooooo…. Nggak jauh. Di balik bukit itu.” Ujar mereka sambil tergesa-gesa. Dan tak lama setelah itu kami kehilangan jejak dua bapak yang membawa pancing.

Melewati rumah warga kami beramah tamah dan bertanya di manakah letak pulau pengantin. Dengan baik hati, warga sekitar menunjukan di mana letak Pulau Pengantin dan melewati jalan mana kami harus ke sana. Setelah saling memanggil dan mengajak satu sama lain, kami berangkat menuju Pulau Pengantin beramai-ramai. Dan dua bapak yang membawa pancing itu sudah menghilang sama sekali.

“Eh, ini jalannya bener nggak? Kayaknya bukan ke sini, deh. Tapi ke sebalah sana. Ini nanti entah sampai ke mana.” Satu dengan yang lain saling menyahut. Kami berjalan beriringan, Yayan yang berjalan paling depan sudah jauh meninggalkan kami. Meski akhirnya ia berhenti menunggu kami dan sama-sama cengok ketika ditanya arah. Lah iya, sama-sama nggak tahu :D

“Udah, jalan aja. Nanti juga sampai.”

Sepanjang jalan setapak, kami melewati kebun coklat di kanan kiri jalan. Senyap, seperti tak ada kehidupan itulah yang membuat kami ragu untuk terus berjalan. Meragukan kalau jalan yang kami tuju di sana ada lautan. Karena laut sudah terlewat di belakang kami :D

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun