Buku
Saat bercerita sejak kapan saya menyukai buku, saya mengingat-ingat mungkin sejak Sekolah Dasar. Meskipun bacaan di sekolah sangat terbatas, apalagi di kampung saya tidak ada perpustakaan. Jadi, saya menggunakan semaksimal mungkin faslitas perpustakaan yang ada di sekolah. Guru-guru sering meminjamkan buku kepada para murid-muridnya. Setiap ada buku-buku baru, kami selalu berebut untuk mendapatkannya. Sungguh suatu hal yang menyenangkan.
Saya juga jarang sekali membeli buku. Apalagi, buku pelajaran. Saat mulai kelas lima SD, baru saya mulai membeli buku, itupun tidak banyak. Kebetulan, tetangga saya seorang guru. Jadi, ketika awal bulan mendapat gaji bulanan, beliau akan rajin membawa majalah, surat kabar dan juga beberapa buku. Saya dan teman-teman ketika sore menuju rumahnya, duduk di beranda untuk membaca bersama-sama. Sebuah kenangan, yang indah.
Beranjak remaja, saya masih suka membaca, meskipun terbatas pada buku-buku fiksi. Lagi-lagi, saya kekurangan buku untuk membaca. Tatkala bulan Ramadhan menjelang, kadang saya dan teman-teman menyewa buku di perpustakaan desa tetangga. Maklum, desa saya sangat terpencil, jauh dari keramaian. Biasanya, akan ada beberapa orang yang menuju ke kampung sebelah, kemudian akan meminjam novel dalam jumlah yang banyak. Setelah itu, kita akan kembali berkumpul dalam satu rumah, beramai-ramai kita akan membacanya.
Lulus sekolah SD, saya mulai jarang berteman dengan buku.
Saat usia 15 tahun, di mana saya baru menginjak sekolah menengah pertama saya kembali mengakrabi buku. Di situlah, saya kembali berjinak-jinak dengan buku, yang sudah sangat lama saya tinggalkan. Mau tak mau, saya harus menjamah buku dan membacanya. Saat naik kelas dua sekolah menengah pertama, semangat membaca saya kembali tumbuh. Saya membaca buku apa saja, selain buku pelajaran. Saya betul-betul merasakan betapa semangatnya saya membaca buku saat itu. Lagi-lagi, karena terbentur dengan masalah keuangan, saya jarang sekali membeli buku. Saya lebih sering meminjam buku di perpustakaan sekolah, perpustakaan umum dan kadang ke teman.
Memasuki bangku SMU, semangat membaca saya masih tinggi, bahkan lebih rela menyisihkan uang gaji saya untuk membeli majalah dan meminjam buku di perpustakaan umum. Kalau sudah tidak mempunyai uang, saya akan melahap buku-buku di perpustakaan sekolah. Saya juga sempat membuat daftar keinginan, di mana gaji yang saya perolehi  setiap bulan harus disisihkan untuk membeli buku, membayar sekolah dan membeli buku sekolah. Saat SMP sampai SMU, saya nyambi bekerja sebagai PRT. Sayangnya, gaji saya tidak berapa cukup untuk itu semua. Walhal, buku masih menjadi barang mahal buat saya.
Bahkan sempat menulis di diary
Diary
Hari ini, tanggal 30 september tahun 2001 entah ada angin dari mana atau bisikan siapa (asal jangan bisikan setan) Ketika aku sedang menyapu terpikir olehku bahwa aku harus rajin belajar, biar pinter, dapet nilai bagus, kemudian lulus terus aku pulang ke kampung halaman. Mungkin cita-citaku terlalu muluk-muluk, tapi ya biarlah Insya Allah kalau aku memang bener-bener niat, rajin berusaha dan tak lupa pula berdo'a sama Allah, Insya Allah apa yang aku cita-citakan cepat berhasil. Amin. Mau tahu apa rencanaku?
Aku ingin mendirikan sebuah perpustakaan kecil yang lengkap dengan berbagai buku (Buku-buku tersebut Insya Allah saya peroleh dari pembelian uang jajanku, Insya Allah aku akan berhemat, karena aku sudah mentargetkan  supaya satu bulan ke depan aku bisa membeli buku minimal satu buku, satu bulan)Atau nanti setelah lulus aku bisa mengkontak teman-teman yang banyak mempunyai buku untuk mengamalkan bukunya padaku.