melihatmu pun aku tunduk.
atma mu seperti lentera baswara yang kuno namun tak pernah redup sekalipun,
sungguh birai malam itu.
asap rokok mengalirkan eonoia di depan jendela itu, berbagi tentang kisah hidup yang gelabah namun itu adalah guru bagi kita.
sinar wajah mu terlintas seperti seorang sufi yang mengajarkan seorang murid yang sedang hilang jati dirinya, betapa hancur isi hatinya seperti kepingan kaca dan mustahil baginya untuk menyatukan kepingan kaca itu lagi.
Lorong gelap, suara bergumuruh dan mendengung di kuping ku.. sejak kedatangan mu.. kau tuntun diriku di barisan itu. terlihat dirimu seperti Lentera menembus gelap gempita..
sungguh sinar mu yang kecil bisa menghangatkan sekujur tubuh ku yang mungil, kemudian idrak mu mengingatkan ku agar selalu berzikir.
wahai lentera..
jejakmu sungguh mengisi lakuna hati ini, yang telah hilang akan berganti namun yang di perjuangkan akan terlihat di bawah garis takdir.
kisah cinta seorang sufi dan murid persis seperti lintang, tiap malam berganti akan tetap bersinar di kejauhan,
tutur katamu sungguh melebur menjadi kepingan kecil hingga aku sendiri terpelongo mendengar kisah mu.
Akhirnya malam itu mengajarkan ku sebuah arti kasih sayang akan selalu ada walaupun cinta mu telah pupus kepada seseorang yang telah pergi,
karna yang sayang akan selalu ada di setiap langkah mu,
jagan takut kepada siapapun, yang kamu takuti adalah ketika orang yang kamu sayang tidak meridoi langkah kaki mu.
Lentera!! kau sungguh bersinar..
aku ingin selalu di bawah sinar mu agar aku pribadi menjadi murid yang selalu mengingat tuhan dan selalu bersyukur.