Entah mengapa sepatu itu begitu membius saya sejak pertama kali melihatnya. Saya selalu dibuat terpukau. Bahkan, saya selalu menyempatkan diri berhenti sejenak dan menatap gerak gerik sang pemakainya hingga kini. Saat itu usia saya baru sekitar 5 atau 6 tahun. Di desa saya hanya beberapa anak yang memilikinya. Terutama, hanya kalangan berada lah yang mampu membeli sepatu tersebut. Saya sendiri hampir setiap hari merengek. Sayangnya, setiap kali itu pula ibu tak pernah menanggapi.