Meminjam istilah Rocky Gerung kalau belum ada di KBBI, saya buat istilah sendiri biar dimasukkan dalam KBBI. Keren bukan?
Bulan depan, tepatnya 17 Agustus 2022 , Indonesia memasuki usia yang ke-77. Berbagai event tentu saja di buat, dari pemerintah, organisasi laba, organisasi sosial atau nirlaba bahkan perseorangan. Salah satunya yang tidak asing di penglihatan anak tahun 90-an ialah balap karung.
Balapan unik, bisa jadi hanya di Indonesia yang memiliki kebudayaan itu. Selain, menghibur balap karung tidak banyak perlu banyak latihan, toh munculnya setahun sekali atau mendekati 17 Agustus.
Apalagi jika sudah ibu-ibu muda yang ikut, riuh penonton tak ada habisnya. Anaknya teriak, apalagi pendukungnya tidak ada jeda menyorakki.
Saya tidak tahu, mengapa orang suka nonton balapan dengan menggunakan karung. Padahal ada balapan lain yang lebih seru.
"Entahlah".
Di bilang hobby juga bukan harian, mau dikata event kejuaraan juga belum saya temukan kalendernya, selain agenda 17-an.
Ikut adu kecepatan dalam balap karung memang tidak mudah, selain butuh keseimbangan juga butuh kekuatan fisik. Dikarenakan kaki pembalap terbungkus dan terbatas, salah lompat bisa  jatuh. Namanya balap karung yang mengendalikan tentu saja pembalapnya. Bukan pemilik karung.
Berbeda dengan manusia dalam karung, kehidupanya selalu dalam karung, isinya mau ditambah apapun tergantung dari pemilik karung. Bisa dicampur sampah, emas, permata, belian dan sebagainya. Semua bergantung dari pemiliknya.
Selain penglihatan terbatas, akhirnya makan dan minum di tempat yang sama. Tidak peduli apapun, terpenting dirinya aman dan tak dikeluarkan dari karungnya.
Mungkin ini tipikal penurut, dibanting pun dia nggak masalah, bahkan dijadikan umpan juga tidak jadi soal. Terpenting, kebutuhan terpenuhi.
Tanah Grogot, 11 Juli 2022
Penulis: Anas Abdul Kadir