Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Artikel Utama

7 Kebiasaan untuk Financial Freedom

4 September 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27 785 0

Sejatinya yang ingin kita raih bukanlah kekayaan, melainkan kebebasan Finansial. (Robert T. Kiyosaki)

Bukan merupakan hal yang ganjil, jika kita bercita-cita menjadi kaya. Menjadi aneh rasanya, jika kita malah tidak memiliki angan-angan untuk kaya. Lantas, sebenarnya apa kekuatan atau magnet kaya itu sendiri? Sehingga menjadi power inspirasi bagi siapapun untuk bisa kaya.

Menurut perspektif perbedaan kelas dalam suatu komunitas atau masyarakat, identifikasi kaya itu terletak pada harta benda yang dimiliki seseorang. Orang dikatakan kaya, kalau dia memiliki uang ribuan juta di rekening dan brankas rumah, memiliki rumah gedongan, kolam renang plus kolam ikan, ataupun memiliki merci. Tapi, salah satu ukuran kaya yang banyak dilupakan orang adalah jika harta orang yang kaya itu dikurangi oleh hutang-hutang, maka nilainya tidak minus melainkan plus.

Lantas, apakah kaya ini merupakan jaminan kita akan financial freedom (kebebasan financial). Saya yakin belum, dan begitu pula yang diyakini oleh Kiyosaki. Bagi yang berwawasan luas, pasti langsung membayangkan gambaran kaya bukan hanya memiliki asset dan harta semata, melainkan lebih dari itu. Inilah kemudian yang akhirnya mengartikan bahwa poin utama financial freedom, adalah terletak bukan pada kaya (rich) itu sendiri melainkan juga pada makmur (wealthy).

Financial freedom menurut Kiyosaki merupakan perpaduan antara kaya (rich) dengan makmur (wealthy). Dan orang yang kaya belum tentu dia juga makmur.Dalam bukunya yang berjudul Cashflow Quadran (1998), Kiyosaki mendifinisikan makmur sebagai lamanya seseorang dapat mempertahankan standar hidupnya tanpa dia atau anggota keluarga lain harus bekerja. Kemakmuran merupakan kemampuan aliran kas dari asset produktif atau penghasilan pasif seseorang yang memenuhi standar kehidupan normalnya. Jika satuan kekayaan diukur dengan satuan rupiah, maka kemakmuran ini diukur dengan waktu (bulan).

The True 7 Habits

Jika demikian, mampukah kita mengejar kekayaan sekaligus kemakmuran sehingga mencapai keadaan kebebasan finansial? Jawabannya tentu saja bisa. Masih terbentang luas kesempatan di depan kita untuk meraih segala impian. Menurut beberapa motivator, kebiasaan sehari-hari kita sangat menentukan tercapai tidaknya impian kita untuk kaya sekaligus makmur.

Meski tidak bisa dijelaskan secara rasional, namun jika 7 kebiasaan di bawah ini diterapkan dalam kehidupan, maka keberhasilan dalam mencapai kebebasan financial bisa segera terwujud. 7 kebiasaan tersebut adalah:

1.Kebiasaan mengucap syukur

Kebiasaan ini merupakan kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. dengan selalu bersikap syukur, pikiran kita juga akan tenang. Bahkan agama pun selalu mengajarkan kita untuk bersyukur. Mungkin salah satu kalimat terkenal Hellen Keller—yang merupakan sosok buta dan tuli, sekaligus sosok yang dikagumi di dunia—mampu membuat kita selalu bersyukur. Kalimat itu berbunyi, “Aku bersyukur atas cacat-cacat ini, aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku”. Bersyukur memang awalnya berat, namun bagaimanapun juga kita harus mulai mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat dan semua hal yang kita dapatkan. Hingga pada akhirnya kita akan bisa bersyukur pada kesusahan dan situasi buruk yang menimpa kita.

2.Kebiasaan berpikir positif

Pada dasarnya, hidup kita itu terbentuk oleh apa yang kita pikirkan. Kita pasti pernah mendengar, bahwa kesuksesan itu 90% adalah impian dan 10%-nya adalah kerja. Kalimat itu mungkin ada benarnya. Yang pasti berpikir positif selalu mengarahkan pada kebenaran, kebaikan, kasih saying, harapan dan suka cita. Jika kita mulai masuk dalam pikiran negative, kendalikan pikiran kita, dan segera arahkan kepada hal-hal positif. Jadikan berpikir positif sebagai kebiasaan dan kita akan melihat hal-hal positif yang akan kita alami.

3.Kemampuan Berempati

Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang dimiliki oleh banyak orang sukses. Dan salah satu unsure penting dalam berhubungan dengan orang lain, adalah empati, kemampuan atau kepekaan kita untuk memandang dari sudut orang lain. Jika kita bisa memiliki rasa empati, maka kita bisa mengerti perasaan orang lain. Sikap empati ini berlawanan dengan sikap egois, sikap egois merupakan sikap yang menuntut diperhatikan orang lain untuk selalu memperhatikan kita. Salah satu cara agar empati kita selalu terasah, adalah dengan mencoba menjadi pendengar yang baik.

4.Kebiasaan mendahulukan yang penting

Pikirkanlah apa saja yang paling penting, dan dahulukanlah. Jangan biarkan hidup kita terjebak dalam hal-hal yang tidak penting sementara hal-hal yang penting terabaikan. Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yang tidak, kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup lebih efektif dan produktif serta dapat meningkatkan citra diri kita secara signifikan.

5.Kebiasaan bertindak

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun