Secara formalitas nilai adalah segalanya bagi kita masyarakat indonesia yang diakhir pendidikan harus memenuhi standar yang di tetapkan negara, dimana banyak jalan yang bisa ditempuh untuk nilai tersebut, kadang tidak perlu belajar karena pintu curang juga terbuka lebar.
Kita sebenarnya membutuhkan para pendidik yang mampu mengumpulkan kembali harapan-harapan yang kita rasa sulit, kita butuh guru yang memotivasi muridnya agar menjadi orang yang berguna setidaknya untuk dirinya sendiri, guru yang memulai hari dengan tersenyum dan mengajak kita berdoa, yang mengingatkan bahwa dengan penuh kesungguhan kita pasti akan sampai pada cita-cita kita, guru yang terus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, guru yang tidak pernah alpa memberikan penghargaan atas prestasi dan guru yang disiplin memberi hukuman agar kita terus belajar dari kesalahan.
"Kalau mau jadi pilot harus rajin sikat gigi, gimana coba kalo lagi bawa pesawat giginya sakit? nanti bisa jatuh pesawatnya" itu cara guru TK memberi pemahaman dan jawaban mengapa harus sikat gigi kepada muridnya, adikku yang masih SMP googling mencari tau penyebab kenapa kaki kura-kura kesayangannya tidak bisa begerak lagi "lumpuh gitu bang, udah 3 hari gak ada gerak, adek liat di internet katanya karena bakteri, penyebabnya bisa dari air kolam yang tidak diganti dengan rutin, harus dibawa kedokter hewan kalau gak beberapa hari lagi bisa mati", lengkap - internet memberi kita informasi apapun, saat tidak disekolah internet bisa menjadi Guru yang standby 24 jam.
Sekarang apakah teknologi yang memudahkan ini sudah diterapkan didunia pendidikan? apakah lembaga pendidikan benar-benar serius ingin menjalankan kurikulum berbasis TIK? apakah para guru dan dosen sudah diajarkan bagaimana mengelola materi pembelajaran berbentuk digital? bagaimana lembaga pendidik menanamkan mindset internet sehat kepada murid dan mahasiswanya? bagaimana cara pemanfaatan teknologi internet secara efektif dan efisien guna menunjang kegiatan belajar mengajar antara guru/dosen dan murid/mahasiswa? bagaimana internet menjadi budaya di indonesia? Jawabannya masih berserakan; sudah banyak guru dan dosen yang mulai memanfaatkan blog - maillinglist sebagai media mereka berinteraksi, mahasiswa kini diwajibkan mengumpul tugas melalui email (selain pemanfaatan teknologi juga bisa mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan kertas), sekarang banyak game seru tentang berhitung, menulis, dan mewarnai untuk tingkat TK, bahkan hampir semua Universitas sudah menerapkan sistem online dari mulai pengisian KRS sampai bimbingan skripsi. Kita sudah memulai itu semua, sekarang hanya bagaimana masing-masing pihak mengcustomize sesuai kebutuhan masing-masing, untuk terus diperbaiki, dan terus diselarluaskan, ditularkan. Pemerintah harus memfasilitasi ini, regulasi yang dikeluarkan harus benar dan tepat, lembaga pendidikan harus aktif mencari formula terbaik untuk diterapkan di lembaga masing-masing, guru - dosen - siswa - mahasiswa harus openminded terhadap teknologi, sepertinya komunitas dan perusahaan dengan program CSR-nya tidak ada yang menolak untuk membantu program memajukan bangsa ini.
Masalah dari penerapan sistem pengajaran berbasis digital ini adalah tidak meratanya kemampuan personal maupun institusi setiap lembaga pendidikan, masih ada kesenjangan ilmu dan kebiasaan antara masyarakat kota dengan masyarakat daerah, kota-kota besar saat ini dinilai lebih siap dari segi infrastruktur juga SDM. Akhir 2008 kami pernah diminta sebuah LSM yang bekerjasama dengan BRR ACEH-NIAS untuk membuat sebuah program perberdayaan masyarakat di bidang Teknologi Informasi di Abdya (Aceh Barat Daya, perjalanan darat butuh waktu 12 jam dari Medan), saat pelatihan berlangsung para guru sangat tertarik dengan konsep pembelajaran e-learning, pelajar dan mahasiswa dengan antusias terus bertanya tentang blog (bahkan setelah kami balik kemedan, via email - telepon - sms), PNS diajarkan bagaimana sebuah Local Area Network, intranet, dan website mempermudah pekerjaan mereka, masyarakat disana sangat antusias walaupun semua yang diajarkan merupakan hal-hal baru bagi mereka. Kita hanya harus menyediakan sedikit tenaga extra untuk mengajarkan mereka, menyiapkan metode penyampaian dan materi terbaik yang mudah dipahami dan di implementasikan oleh mereka, tahapan pengenalan - pelatihan - migrasi - pendampingan sudah terbukti berhasil, sekarang tinggal niat dan kesungguhan dari berbagai pihak yang harus bersinergi, kalau dilihat dari segi sosial maupun bisnis ini merupakan hal yang menarik. :)
Mudahnya, mungkin guru dan dosen dapat menyampaikan materi pengajaran melalui media website, baik itu blog pribadi maupun web sekolah/universitas. Selain menyampaikan informasi umum tentang sekolah/universitas di website tersebut guru dan dosen dapat memberikan bahan/materi pembelajaran yang dapat di download oleh siswa/mahasiswanya, di website tersebut juga bisa dibuat forum sebagai tempat komunikasi antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa, dan menarik jika siswa/mahasiswa dapat melakukan ujian secara online seperti sertifikasi internasional, sistem ujian online ini sudah diterapkan beberapa universitas di indonesia. Guru dan dosen juga bisa membuat wiki bersama tentang pembelajaran, wiki ini sangat membantu siapa saja yang membutuhkan materi pengajaran, wiki bisa di isi oleh guru atau dosen manapun sesuai dengan aturan yang ada. selain hal-hal tersebut para guru dan dosen harus beralih dari cara pengajaran biasa (konvensional) ke metode pembelajaran yang lebih kreatif, semisal menggunakan audio book, video, atau tutorial yang sudah dibuat dalam bentuk gambar/flash, sehingga suasana belajar lebih menarik dan efektif.
Di Indonesia banyak orang pintar, masyarakat sekelas Onno W Purbo - Anton Raharja saja bersedia berbagi ilmu ke negara luar apalagi untuk Indonesia, mereka pasti membantu bila dikasih ruang, aku percaya masih banyak yang peduli dengan dunia pendidikan kita - yang peduli dengan kemajuan bangsa ini.
Indonesia negara yang memiliki banyak komunitas baik online maupun offline, pestablogger - jalinsumatera - sampai koinkeadilan digerakkan oleh engine bernama komunitas, tidak berlebihan bila Indonesia kini berharap pada pendidikan cerdas dengan semangat komunitas menuju kreatifitas bangsa tanpa batas!