Tiket pesawat, sewa kendaraan, dan hotel di Bali sudah fix, kami pun berangkat pada 25 Desember pagi. Setiba di Bandara Ngurah Rai, kami melanjutkan perjalanan ke Batubulan untuk nonton pertunjukan tari Barong.
Untuk kali pertama kami nonton tari Barong di Batubulan. Pertunjukan dimulai pukul 09.30 WITA. Saya kira tempatnya di hall luas, ternyata seperti rumah biasa yang terasnya dipakai untuk show. Tapi, tempat duduk yang dibuat bertingkat dapat menampung sekitar 500-750 orang.
Sebelum memasuki tempat show yang semi-terbuka di bagian sampingnya, kami sudah disambut ramah oleh petugas penerima tamu. Mereka mengenakan baju khas Bali. Para tamu juga bisa foto bareng para gadis Bali yang nantinya akan diabadikan dalam bentuk suvenir kaus dan piring. Tentunya harus beli dong suvenirnya.
Oia, di pintu masuk, para tamu disodori dengan selembar kertas berisi sinopsis cerita tari barong dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi, kita nggak celingak celinguk bengong pas nonton tarian yang dikemas dalam bentuk cerita berbahasa Bali pastinya.
Wih, ternyata penontonnya full. Padahal, kami masuk ke venue sekitar 15 menit sebelum mulai. Orang-orang bule pun terlihat interest. Bahkan, banyak yang memilih lesehan ketimbang duduk di tribun, termasuk Mita ditemani opanya.
Gamelan khas Bali mengalun mengawali pertunjukan. ’’Jenggreng…ceng ceng ceng…gung gung gung…’’ gitu kata Mita kalau disuruh menirukan gamelan Bali. Hehe…
Sosok Barong pun keluar dari backstage yang dikonsep semi-terbuka. Dibarengi munculnya tokoh kera. Ketika Barong sedang menari, si kera malah asik nongkrongdi pojokan dekat pemain gamelan. Karena tahu sedang difoto oleh penonton, si kera action sembari mengacungkan dua jarinya piiiss…hehe…
Kemudian, muncul para penari dengan gerakan khas, mata melotot, lirik kanan kiri sambil menjentikkan jari jemari lentik diiringi gamelan Bali. Makin bikin Mita terpesona