Yang menarik perhatian saya adalah penampilan "bintang" SAD, Maldini. Maldini pernah saya tulis pada artikel saya sebelum ini. Maldini masuk ke babak kedua menggantikan pemain bernomor punggung 11 yang cedera, Maldini langsung menggebrak pertahanan Malaysia, waowww. Bahkan komentator terus memuji penampilan Maldini yang mampu membuat serangan Indonesia semakin hidup. Sangat beruntung Indonesia punya Evan Dimas. Meningkatnya permainan Indonesia 15 sejak masuknya Maldini berhasil dimanfaatkan Evan Dimas untuk melakukan gebrakan yang berhasil dikonversi Armain menjadi gol.
Sayang, setelah 15 menit bermain, Maldini langsung loyo. Determinasinya langsung kandas. Maldini mengingatkan saya kepada para bintang ISL yang punya problem stamina. Yang jadi pertanyaan saya, di SAD itu latihannya gimana sih? Evan Dimas cuma 2 minggu latihan di Barca bareng Pep Gurdiola, namun permainan khas Barca sangat terlihat pada Evan. Tenang, penuh determinasi, umpan - umpan pendek dan visi bermain yang jempolan. Lha ini, 2 tahun latihan di Uruguay, bukannya bermain khas Amerika Latin atau minimal khas uruguay, malahan bermain khas ISL. Umpan lambung, stamina loyo walaupun skill lumayan oke.
Dari pada jauh - jauh latihan di Uruguay, mending anak - anak SAD dititipkan saja sama Persebaya (pake 1927 lho) atau ke Mitra Surabaya. Syukur - syukur malah bisa menghasilkan Evan Dimas baru atau kalau beruntung bisa menghasilkan Andik dan Taufik sekaligus...