Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Ketika‬ Mahasiswa Hanya Bisa Komentar, dengan Kenaikkan BBM

20 November 2014   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 93 0


Sedikit agak risih karena ketika masyarakat indonesia membahas BBM pasti selalu yang dibawa-bawa orang miskin, supir angkot, tukang ojek, buruh kasar dan profesi yang lain dengan satandar gaji dibawah rata-rata. saudara-saudara sekalian, mereka tidak salah apa-apa kenapa harus dijadikan bahan pergunjingan masal? bisa kita lihat gambar di atas bapak yang berdiri di lokasi Monumen Perjuangan Bandung yang sedang berjuang untuk berdiri, sudah cukup beban penderitaan mereka jangan tambah diberi gambaran yang menakutkan. perlu diketahui di rumah saya harga BBM itu sudah lama plafonnya Rp.10000 ke atas sementara pulau sumatera itu penghasil minyaknya dan mirisnya lagi infrastruktur disana itu buruk banget hingga saya memilih sekolah di Jawa agar bisa menikmati nikmatnya BBM itu sendiri.

Kekeliruan ini mungkin memang bukan salah kita, karena kita tidak tahu apa-apa terkait dengan Industri Hulu dan Hilirnya, bagaimana dan kemana produksinya, hingga berapa dan untuk apa hasilnya. namun, suatu sistem pemerintahan akan baik ketika masyarakatnya itu juga punya usaha untuk lebih baik dengan kata lain tidak ingin tergantung oleh pemerintah, ya walaupun tidak menutup kemungkinan intervensi pemerintah memang sangat diperlukan. tetapi dalam hal ini pemerintah ya sudah cukup mengendalikan macro system saja. Sementara untuk pemuda tidak perlu galau memikirkan 1 hambatan yang dilakukan pemerintah karena sudah mengurangi uang makan hari ini.

Bung Karno pernah mengatakan "beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". nah pertanyaannya, Indonesia saat ini terdiri lebih dari 298juta jiwa yang 60% nya adalah pemuda, jadi udah lebih dari 10 pemuda tapi mengapa yang diguncang hanya negeri sendiri? terlebih hanya bisa merusak negeri sendiri. menurut saya, ketika seluruh pemuda di Indonesia tidak memutuskan nalar kreatifitasnya hanya pada bangu taman kanak-kanak, mungkin untuk harga BBM naik Rp.3000 tidak menjadi persoalan, karena sudah terlalu lama masyarakat kita diberi sistem ideologi harapan dan mengharap (mengharap untuk diberi belas kasih, mengharap untuk dapat durian runtuh sampai langit runtuh, mengharap dapat makan siang gratis, hingga anggota dewan mengharap dana anggaran belanja lebih banyak agar bisa beli beras untuk keluarga besok).

Untuk kenaikan harga BBM saya sendiri tidak setuju karena sudah merenggut jumlah nilai tabungan di rekening walaupun selalu kosong. lalu ketika itu naik akankah kita harus menyalahkan keadaan? menurut saya tidak, karena yang perlu disalahkan kita sendiri. mengapa? karena coba perhatikan pemakaian BBM pribadi, seberapa banyak yang sudah kita habiskan per harinya, coba lihat para pemuda yang suka keliaran malam-malam dengan gaya ngopinya hanya untuk berduaan dengan pacarnya dengan menggunakan kendaraan bermotornya, dan kondisi yang lainnya. Dengan demikian, sebagai pemuda baik mahasiswa maupun yang lainnya bukan saatnya lagi untuk mengeluhkan keadaan dan keputusan pemerintah terlebih stagnan dengan keadaan. Walaupun sudah dijelaskan dalam Surat Al-Ma’arij ayat 19-21, namun sebagai pemuda yang masih memiliki energi tinggi sudah selayaknya kita untuk memberikan bukti nyata pada negara juga masyarakat. semoga pemuda Indonesia dapat memberikan hal positif dari dampak kenaikan BBM dalam negeri dan penurunan BBM Dunia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun