Iklan merupakan suatu media promosi, untuk memperkenalkan suatu produk/komoditi sehingga akan menarik minat masyarakat untuk memilih/menggunakan produk tersebut. Kalau jaman dulu iklan lebih condong menawarkan produk perbagangan, mulai dari makanan, minuman, baju, tas, celana, mobil, motor, dan semacamnya, namaun sekarang komoditi politik juga merambah pada dunia persilatan eh periklanan. Apalagi menjelang
pemilu 2014, semua elit politik ramai untuk unjuk gigi (giginya yang panjang monyong), unjuk jari, sok yes mengiklankan diri, atau partainya untuk menarik simpati masyarakat. Mulutnya bertebaran rayuan gombal ala
ABG alay yang gembar-gemborkan janji yang meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lucunya, tanggung jawab yang sekarang diemban banyak yang belum terlaksana atau malah terabaikan. Para oknum elit politik tersebut
lebih suka menggelontorkan dana yang besar untuk
MENGIKLANKAN DIRINYA UNTUK MERAIH DUKUNGAN TERBANYAK ketimbang
MELAKSANAKAN TUGAS/KEWAJIBAN YANG HARUSNYA MEREKA PENUHI. Sungguh ironis dan
tak tau malu sekali. Mungkin begitulah
ORANG-ORANG GILA, gila hormat, gila jabatan, gila dunia. Mereka hanya merusak tata ruang kota dengan
PAMLET, SPANDUK, ATAU BALIHO BESAR, mengganggu pandangan khalayak umum.
MEreka senyam-senyum tak jelas di per4an jalan. Mereka berkoar-koar di TV, setiap hari sampe bikin orang bosan. Entah berapa banyak duit yang terbuang buat kegiatan orang-orang tak waras itu.
Dana yang tentu besar dan harusnya
bisa buat bangun rumah susun untuk warga miskin, bangun sekolahan di wilayah pinggiran, atau bangun rumah sehat untuk kawasan kumuh sarat kemiskinan. Semoga kita semua masih waras untuk tidak memilih orang-orang semacam itu sebagai pemimpin bangsa. Lebih baik banyakin
IKLAN PRODUK DALAM NEGERI daripada
IKLAN POLITIK tak berlogika.
Malang, 20 November 2013
10.10
KEMBALI KE ARTIKEL