Dulu saya mempertanyakan pohon yang ditanam di bahu jalan perkotaan (sebab di jalanan desa, tata ruang ruas jalan biasanya tidak sebagus jalanan kota) yang rapih dan enak dipandang. Jenis pohon apa yang mereka tanam di sana. Apa bedanya dengan pohon lain. Mengapa harus pohon itu yang menjadi pilihan.
Pertanyaan itu muncul sekitar empat tahunan silam. Dan, terjawab. Banyak dari teman dan guru-guru saya menjelaskan tentang dunia pohon dan tanaman, yang sebenarnya menjawab pertanyaan pemilihan pohon yang ditanam di ruas jalan perkotaanNamun, baru beberapa bulan yang lalu, jawaban itu baru terasa menjelaskan segalanya. Spesifik jawaban mungkin tidak akurat jika saya tuliskan disini. Tapi, bahwa akal saya seakan baru menerima jawaban yang diulang-ulang itu belakangan.
Pertanyaan hidup sejak empat tahunan silam, baru terjawab hari ini, pikirku. Eureka yang diluar nurul. Betapa saya mulai menyadari bahwa akal perlu durasi dan ketahanan hidup untuk menerima sesuatu dengan benar. Atau paling tidak, menerimanya sebagai sesuatu yang bisa saya pahami sendiri.
Selain kemampuan motorik dan psikomotorik, ternyata wilayah kognitif juga perlu dilatih, perlu diuji. Bahwa bukan hanya otot yang perlu dilenturkan, bukan hanya kontrol reaksi terhadap ekses yang perlu diasah, namun pemahaman akan sesuatu ternyata harus juga mengalami ruang proses.
Kami menyebutnya latihan. Dan latihan adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Terdengar membosankan, namun begitulah bagaimana kita bekerja. Saat perulangan terjadi, disitulah ruang ilmu menjadi ruang menyala abangkuh. Mengendapkan pengetahuan tanpa ruang uji, tanpa latihan, kiranya hanya akan mengekang daya hidupnya, mereduksi potensinya. Ilmu bisa membusuk, bahkan hilang tak tersisa. Jadi, mari terus berlatih dan belajarMengutip ungkapan salah seorang guru kami, bahwa tidak ada orang hebat. Apa yang ada hanyalah mereka yang senantiasa terus berlatih. Saat kita tidak berlatih, game over. Saat kita berhenti belajar, yunowlah!
Lalu bagaimana wacana ini bisa terbaca? Jawabannya adalah dengan berkumpul. Mereka yang terlatih untuk berkumpul akan menemukan ruang ujinya sendiri, mendapatkan mesin trial-and-error, ada sistem kontrol. Mereka yang teruji perkumpulannya, dengan intensitas yang demikian tinggi akan mengalami banyak hal yang bahkan tidak terduga sebelumnya. Dan, disisi lain, mereka akan menemukan caranya sendiri tentang bagaimana mengatasi semuanya.