Kutuliskan segenggam gumam untukmu Rani, diantara keringnya Sungai Serang yang mengairi Kedungombo dan jembatan Suramadu yang sudah "cacat" ketika berusia baru berpuluh hari. Hingga butiran-butiran jam kembali membalik halaman lama di 15 kali revolusi bumi pada matahari silam, kala kita masih memegang idealisme dengsn kuat, pernah kutawarkan berjuta mimpi untuk menggagahi segala kesepianmu, dan kau menjawab dengan diam. Di sela-sela ocehan burung Siak, pernah pula sampai kupanjatkan doa, atau bahkan harum kemenyan hanya agar kau menyajikan ruang kosongmu dihati, namun aku dikabari malam tua, jika semuanya memang tak tertakdir sama, lalu kuhaturkan urungan niat untuk meminang. Aku menyerah, namun tak bertumbuh dendam hati, apalagi sampai harus sehina bunuh diri.
KEMBALI KE ARTIKEL