Alkisah, ada seorang juragan kaya raya, terpandang lagi kesohor. Ramah dan tidak sombong. Modern dan pintar. Semua perilaku yang baik melekat pada dirinya. Walhasil dia menjadi panutan, teladan lagi diturut perintahnya oleh bawahannya, dan didengar nasehatnya oleh khalayak ramai.. Baik oleh wong ndeso katro atau yang modern pendidikan tinggi sekalipun. Namanya tuan juragan bh ix.
Tuan bh ix memiliki banyak usaha, salah satunya angkutan bus. “Po Awas Merapi” namanya, jumlah busnya tidak banyak Cuma 1 (satu) buah saja. Tuan bh ix, memiliki seorang supir yang unik dan nyentrik untuk mengendaerai bus semata wayangnya. Pak marjan namanya. Pak marjan ini sangat kagum, memuliakan dan mengidolakan tuan bh ix. Ia menjadikan tuan bh ix sebagai teladan yang patut dicontoh.
Pak marjan adalah wong ndeso katro gak neko-neko, maka tak heran tuan bh ix pun sayang padanya, tapi sayang posisi yang sesuai dengan kemampuannya hanya supir bus. Karenanya tuan bh ix cukup memberi perintah sederhana kepada pak marjan; antarkan orang sampai tujuan dengan selamat dan rawat baik-baik bis ini.
Marjan yang bersahaja menjalankan tugasnya dengan baik. Bus dirawat penumpang diantar. Pribadinya yang nggak neko-neko membuat pak marjan menjadi orang yang ramah, suka menolong, dan terlihat begitu ikhlas, kelakuannya persis seperti tuanya, hanya beda nasib dan sekolahnya saja.
Akhirnya, sekian tahun berlalu tuan bh ix meninggal, namun tuan bh-ix yang berpoligami ini tidak membuat suatu surat wasiat, untuk menentukan siapa pengganti juragan berikutnya, memimpin dan menjalankan usaha-usaha yang banyak itu. Terjadilah sedikit friksi, tapi berdasarkan musyawarah dan mufakat akhirnya ditunjuklah salah seorang anak lelakinya. Namanya tuan bh x sebagai penerus sekaligus CEO usaha juragan tuan bh ix.
Pak marjan meskipun hanya seorang supir bus, tapi karena telah menjadi kepercayaan sejak lama, maka bisik-bisik tentang pergantian kekuasaan di seputaran majikannya tau juga. Ada juga ketidak-sregan dalam hatinya, tetapi sebagai supir apalah daya.
Dia tidak terlalu peduli, yang penting amanah tuan bh ix merawat “awas merapi” supaya tetap apik selalu dilaksanakan. Bus ini semakin lama memang semakin tua, tapi juga semakin nyentrik, senyentrik tampilan pak marjan. Pak marjan pun semakin disegani, baik oleh para penumpang maupun oleh siapa saja. Tidak heran akibat tingkah lakunya yang baik hati dan tidak sombong, suka membantu itu. Perlahan tapi pasti kearifan pak marjan menjadikannya tempat orang berkonsultasi tentang apa saja. Istilah sekarangnya adalah “local wisdom” alias kearifan lokal. Beliau juga diwawancarai oleh banyak media. Dan tak lupa tentunya; mereka yang datang menyempatkan diri berfoto ria bersama pak marjan didepan bus kebanggaan, ya layaknya sedang berfoto di depan kereta kencana.
Masa krisis 1
4 tahun yang lalu, Bus sudah semakin tua; walaupun jika kap mesin dibuka akan terlihat kinclong selalu karena perawatan pak marjan; tapi bagian dalam mesin menurut ahli permontiran; mesinya sudah waktunya diturunkan (over haul). Jika tidak dilakukan akan membahyakan pak marjan dan penumpangnya.
Sayangnya permintaan itu ditolak sama mbah marjan (yang sekarang dipanggil mbah kararena sudah tua). Wajar mbah marjan sekarang berani menolak perintah; karena sekian tahun merawat bus, tentulah sudah merasa bus “awas merapi “ adalah miliknya, dan mengetahui bahwa bus ini baik-baik saja. “Kalian orang muda tau apa?” Katanya. “ Saya sudah merawatnya sebelum kamu lahir”. “saya sudah merawat dan juga berdoa, bersemedi, memberikan sesajen ini dan itu supaya yang maha kuasa melindungi bus ini”. “mustahil bus kesayangan ku ini meledak”. “pergilah sana kalian” kata si mbah marjan.
Negoisasi gagal, sang montir yang cinta keselamatan, mencari akal. Maka mereka meminta bantuan tuan bh x untuk membujuk langsung si mbah. ternyata mbah marjan menolak. Katanya “tuan juragan bh x cuma anak juragan. Tuan juragan saya adalah bh ix, beliaulah yang berhak mengatur saya mesti begini dan mesti begitu”. Mungkin karena faktor “u” (alias umur), mbah marjan menjadi pikun dengan cara “mbalelo” lupa bahwa sekarang yang jadi juragan adalah bh x.
Tuan juragan bh x pun tidak kuasa membujuk lagi, karena menghormati mbah marjan. “Terserahlah” begitu katanya. “tapi tolong bus ini jangan dipakai lagi buat bawa penumpang. Berbahaya!”. Mbah marjan pun setuju. “ok tuan pangeran juragan, perintah dilaksanakan”.
Mbah marjan pun menyampaikan kepada orang-orang untuk tidak usah naik busnya lagi, karena alasan bus ini tidak layak pakai lagi. Tetapi banyak penumpang heran, “kalu tidak layak kenapa mbah tetap mengendarai” kata penumpang. Si mbah menjawab “inikan sudah tugasku, dan isnya allah doaku, tirakat laku ku, dan segala sesajenku, diterima gusti allah. dan gusti allah akan menjaga ku, jadi aku percaya bis ini akan baik-baik saja”.
“kalau begitu tentu kami masih bolehlah menumpang bus mbah ya…, kami percaya juga bahwa mbah ini orang suci dan jadinya sakti” kata mereka. Lalu kata si mbah marjan “eeee.... please deh…. Saya ini orang bodoh jangan ditiru, sekolah sd aja aku gak tamat”. Tapi penumpang tetap aja maksa; mungkin karena terpengaruh kharisma mbah marjan itu. Akhirnya mbah marjan pasrah, “terserah kalianlah, monggo kerso, kalau terjadi apa-apa jangan salahkan aku ya?!”.
4 tahun terakhir bis awas merapi baik-baik saja, walaupun bathuk-bathuk tetapi tetap aman. Seolah-olah membuktikan bahwa yang dikatakan montir adalah salah. Mbah marjan pun menjadi semakin terkenal, dan dianggap orang sakti yang mandra guna. Produk obat sakti mandra guna “super josh” tertarik menggunakan si mbah menjadi “bintang iklan”. Roso.. roso.. katanya. Uang pun mengalir ke kantong mbah marjan. Tetapi dasar si mbah memang orang yang baik hati, suka menolong, maka uang yang seharusnya dapat digunakan oleh beliau untuk berangkat haji, tapi malah dihabiskan untuk membantu orang lain dan memperbagus tampilan bus “awas merapi” tentunya. Pengikut setiapun menjadi bertambah banyak, dan bertambah sayang sama mbah marjan.
Masa Krisis 2
Sampailah akhirnya hari minggu kemarin, montir andalan juragan bh x mengultimatum, “mbah ini mobil mesti stop beroperasi dulu, mesinnya mesti dibongkar sekarang juga kalo nggak bisa meleduk berbahaya bagi semua penumpang termasuk si mbah sendiri”. Tetapi kembali ditolak mentah-mentah oleh si mbah. Si mbah merasa kalau busnya harus turun mesin itu menandakan bahwa tugas yang diemban kepada si mbah gagal. “Tidak …. Itu tidak boleh terjadi… aku harus buktikan bahwa hasil perawatanku selama ini berhasil dan membuat bus ini tidak akan turun mesin dan selamat” begitu pikirnya.
Montir tentunya juga mengajak penumpang turun. Sebagian menurut dan sebagian memilih di pihak si mbah. Penumpang yang berpihak kepada si mbah berfikir “Si mbah pasti mahluk suci yang disayang allah, kalo pun meleduk, mereka insya allah masih sempat menyelamatkan diri”
Masalah ini terdengar juga oleh wartawan; dan mencoba mengikuti berita ini secara ekslusif ala paparazzi. Dan ulah wartawan ini sempat membuat si mbah marah, dan sensi tidak mau difoto.
Dua hari setelah diultimatum, tepatnya hari selasa sore bus itu benar-benar meleduk. Bus oleng terbakar dan menyeruduk sebuah mushola pinggir jalan. Kaca depan pecah Mbah marjan terpental keluar, masuk kedalam mushola. Semua terbakar…. Tak ada yang sempat menyelamatkan diri. Wartawan paparazzi pengintil mbah marjan pun menjadi bingung antara meliput berita atau melakukan pertolongan. Dan kalau mau menolong siapa yang mesti ditolong duluan, si mbah yang punya nilai jual atau sekedar menolong penumpang yang ada didepan mata. Dia pun menyempatkan diri berkonsultasi terlebih dahulu dengan teman sejawatnya via HP. “bro…. mbah marjan ada dimushola tuh, gue bingung nih…. mau nolong atau ngeliput….” tiba-tiba ada mobil truk meluncur ke arah wartawan kehilangan kendali akibat terkejut melihat kecelakaan didepan. dan "brak…". suara itu nyaring terdengar dari hp rekan sejawat wartawan. mobil truk itu menabrak wartawan dan truk pun terrem berhenti.
Mbah marjan dan para penumpangnya semuanya tewas, karena api begitu cepat melahap habis membakar bus itu. Dan wartawan yang kebingungan juga ikutan tewas tertabarak. Mushola terbakar walaupun tidak total. Menyisakan tubuh mbah marjan terbujur kaku seperti sedang bersujud.
Keesokan harinya diberitakan 32 orang tewas berkaitan dengan kecelakaan ini. Termasuk si mbah, 29 penumpang setianya dan 1 orang wartawan.
Hanya si mbah seorang saja yang diberi gelaran mati terhormat, syahid, khusnul khotimah oleh khalayak ramai termasuk media, karena mayatnya ditemukan dalam keadaan bersujud di dalam mushola, dan sedang dalam keadaan bertugas. 31 orang lainnya sekedar pengikut orang "mbalelo" mbah marijan, hanyalah berita pelengkap penderitaan. Walaupun 31 orang yang diantaranya itu mati mengenaskan karena meninggalkan janda dan anak yatim.
Penutup
Akhirnya islam mengajarkan ;
“………. barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya . Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya……….” (q.s. Al ma’idah 32)
Ayat ini menjadi tidak ada artinya bagi si mbah marjan. Beliau merasa orang bodoh yang tak patut diikuti, dan merasa orang yang mati karenanya bukanlah urusannya. Padahal allah memerintahkan manusia baik orang itu manusia yang bodoh, tua, pinter atau wong ndeso, islam, Kristen atau agama apa saja (selama masih mengaku manusia (an naas), maka wajib memeliharan kehidupan manusia lainnya.
Sangat mungkin ayat ini tidak pernah sampai ketelinga mbah marjan yang terkenal dengan rajin sholatnya itu. Tetapi apalah artinya tanpa mengacu kepada ayat ini, setiap manusia telah diciptakan allah memiliki fitrah untuk saling menolong sesama manusia. jadi tak heran bila manusia sekarang selalu menekankan jargon HAM, yang terkenal seantero jagat ini.
Lantas apakah manusia yang diberi gelaran mati syahid atau mati khsunul khotimah semacam ini, telah menjalankan fitrahnya sebagai manusia penolong sesama manusia?