Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

In My Shoes, In Your Shoes, In Their Shoes

1 Juli 2010   11:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 3057 0
Eh, kenapa deh judulnya sepatu-sepatuan? Padahal gue lagi nggak pengen bahas sepatu, lho. Idiom "We don't walk in her/his/their shoes" belakangan akrab banget di kuping dan mata gue. Artinya, ehmmm,... kira-kira gini: Kita nggak tau apa yang dia rasain/ kita ngga ngerasain gimana menjadi dia/ kita nggak ngeh gimana hidupnya.. Ya kira-kira gitu deh. Gue rada kesulitan menerjemahkan idiom bahasa Inggris eventhough i know what it means, but sometimes, i dunno how to explain it...

So, ada seorang temen gue yang curhat tentang his/her miserable life. Over and over again. Same story, different spices. Same song, different singers. Same movie, different casts. Sekali dua kali, gue baek hati lho... Kasih saran-saran yang membangun, kasih beberapa solusi, bersimpati, ikutan sedih, blah-blah-blah... TAPI, kenapa deh lama-lama curhatnya udah ngalahin panjangnya sinetron di tipi? Kalo lo kebanyakan makan, pasti kekenyangan, dan akhirnya eneg, kan? Dicurhatin hal yang sama dengan bahasa yang rada beda juga gitu, bok. Gue mulai speneng. Dan bete. Dan mulai mengeluarkan senjata gue. Yup. SILET! hihihi...

Seperti biasa, dia mulai cerita lagi. Kali ini lewat sms dengan panjang 160 karakter dikali 6. PANJANG! Dan gak cuma sekali kirim. Kalo di hape gue bisa terima 6 sms yang dijadiin satu, nah, orang ini kirim 5 sms sekaligus. Astaga, ini sih udah bisa dijadiin sinopsis pelem!! Bayangin bok, sms isinya keluhan dengan panjang setara 30 sms!! Beugh... nantangin! Gue langsung sms dia, dan bilang gini: Hellooooo... Nggak usah sok drama queen deh! Nggak usah jadi self-centered beyocth duehhh!! Situ Miss paling menderita sedunia?! Noh, anak Somalia ada yang busung laper ga makan berminggu-minggu!! Noh, di daerah bencana ada yang kehilangan anggota keluarganya! Noh, di Haiti, ada yang liat bapak-emaknya ketimpa balok dan langsung jadi perkedel manusia! Compare to their problems, yours are nothing. NOTHING!

See? Silet gue berdesing. Dia pun mewek, dan bilang, you dont walk in my shoes. It's easy for you to judge me.

Gue tambah bete, dan langsung bales:

Why would I walk in your shoes?! My own shoes aja isinya banyak kerikil yang bikin langkah gue berdarah-darah! But, please, get a perspective deh. Ngeluh mah boleh aja, kok. But hey, apa semua masalah lo selesai kalo kerjaan lo cuma ngeluh? Apa begitu lo ngeluh ke seluruh dunia, bakalan ada yang ngasih duit dollar sekontener? Kalo iya, gue udah ngalahin si Bill Gates sebagai orang paling tajir sedunia, tauk! Jangan memandang hidup as series of failures dong, Look at the bright side. Gak ada kegagalan, lo nggak akan memandang keberhasilan sebagai sesuatu yang pantas lo banggakan. Gak ada penderitaan, lo nggak akan bisa menghargai setetes kebahagiaan. Gue percaya, Tuhan itu adil, kok...

Setelah itu, dia ngatain gue sahabat yang nggak baik, sahabat yang nggak bisa bantu dia, sahabat yang maunya happy times but pulls my self away thru her/his bad times. Oh My Pedro! Pengen jambak-jambak dia deh!! Selama ini gue ngapain dong?! Tapi sebodo, ah. Mau terima saran silet gue, silahkan. Nggak mau ya udah, sana penuhin "sepatu" lo dengan negativity.

*sigh*

Setiap orang pasti punya hobi: ngeluh. Jujur, gue juga! Ngeluh itu enakkkkkkkkkkkkkkk!!! Kayanya semua beban bisa terangkat sejenak kalo lo bisa menumpahkan kekesalan, kemarahan, kegagalan, dan kesedihan lo pada tong sampah hidup yang akan setia mendampingi elo. Tapi, yang terpenting adalah: Apa yang lo lakukan setelah selesai ngeluh? Doing the same mistakes? Walking the same dangerous path? That my friends, is just STUPIDD!! IDIOTIC! Why cant we learn from mistakes we made? Katanya, cuma keledai yang terperosok di lubang yang sama. Kita yang mengaku sebagai manusia, kok malah jatuh sejuta tiga belas kali di lubang yang sama?!

Igh, gue kenapa jadi emosi begini, yah?

Intinya:

Ngeluh itu enak, dan teramat sangat dianjurkan. Tapi, setelah ngeluh, ayo... Kita move on. Jangan ngeliat kebelakang mulu. The most precious moment is NOW, nor past or future. Kalo lo selalu ketakutan, dan selalu menoleh kebelakang dan menjadikan kegagalan sebagai excuses untuk kembali gagal, mendingan lo berubah jadi tembok aja deh. Ngapain jadi manusia? Blehhhhhh!!


PS:
Ngomel itu enak yak! Buktinya, gue ngerasa enakan setelah ngomel begini! Padahal lagi demam lhoooo!! hihihihihi...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun