Sang pembawa damai sejati itu adalah Yesus Kristus, peringatan kelahiran-Nya akan kita rayakan di hari Natal tahun ini, umat kristiani terpanggil untuk meneruskan karya pembawa damai itu melalui perbuatan nyata. Sehingga menjadi perantara dalam mengajarkan kasih yang bersumber dari Yesus kepada orang lain, kelak hidup kita akan lebih bermakna dihadapan Tuhan dan lebih berguna bagi umat manusia, sesuai dengan kehendakNya.
Menebarkan damai hanyalah mungkin terjadi jika kita memiliki sikap rendah hati, penuh kasih kepada seluruh umat ciptaan Tuhan. Orang Kristen adalah ibarat sebuah jalan yang senantiasa dilalui orang, setiap makluk ataupun benda. Ketika jalan itu dilewati, maka akan ada yang menginjak, mengotori, terkadang merusak. Namun jalan itu tetaplah jalan, berfungsi untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah lain, menghubungkan kota satu dengan kota yang lain. Terkadang jalan itu menanggung beban yang sangat berat dan melebihi kemampuannya. Gambaran ini menjadi sebuah kiasan tentang sifat dan prilaku orang kristen, dan sifat seperti inilah yang dikehendaki Yesus; melalui kerendahan dan ketulusan hati, kita dituntut agar mampu menyalurkan rahmat dan kasihNya kepada seluruh umat manusia.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan sehingga Firman Tuhan nyata dan berbuah dalam hidup, serta berguna dalam sistem keragaman (pluralisme) kehidupan sehari hari, tanpa menuai konflik. Yaitu dengan cara; menghilangkan prasangka dan saling curiga, sebab seperti ada tertulis dalam Injil ; Jadi dari buahnyalah kamu mengenal mereka dan dari buahnyalah kita bisa mengenal pohonnya, sebab tidak mungkin seseorang akan memetik buah anggur dari semak duri, ataupun memetik buah ara dari rumput duri, pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik.
Saat ini hampir dapat dipastikan bahwa setiap menjelang natal, selalu ada perdebatan yang mendatangkan kecemasan, terkadang perdebatan itu menjadi polemik yang berkembang dan panjang seiring dengan berjalannya waktu. Debat perlu tidaknya umat agama lain mengucapkan Selamat Natal telah menjadi perguncingan panas baik didunia maya maupun dalam kehidupan sehari hari penganut umat beragama.
Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah resmi mengeluarkan Fatwa bagi pemeluknya, berkaitan dengan larangan untuk mengucapkan Selamat hari Natal kepada umat agama lain.
Dalam alam demokrasi dan sebagai umat Kristiani, kita harus menghargai keputusan tersebut sebagai salah satu penghormatan kepada pemeluk agama lain, bahwa ada yang sakral dan hakiki dan sudah barang tentu wajib dipatuhi oleh penganutnya. Disini kita harus berjiwa besar dan harus memahami, bahwa keyakinan kita tidak dapat dipaksakan kepada pemeluk agama lain.
Umat Kristiani tidak perlu masuk dalam ranah keputusan tersebut, sebab keputusan sudah dikeluarkan oleh para ulama yang notabene sangat dihormati umatnya dan tentu pemahaman keagamaan dan keilmuan masing masing tidak diragukan lagi. Orang Kristen harus mampu menghargai keputusan itu dengan baik dan bersikap bijak dengan penuh kerendahan hati. Maka ketika kita dapat menerimanya, keraguan dan prasangka buruk , sejatinya akan hilang. Bilamana ini terwujud maka akan terciptalah kerukunan dan saling memahami antar umat beragama sesuai dengan ajaran kasih yang dibawaNya.
Umat Kristen tidak perlu meminta atau bahkan mendesak penganut agama lain untuk hanya mengucapkan Selamat Natal kepada kita, dengan dalih menjunjung kebersamaan dan saling menghormati antar pemeluk umat beragama.
Kebersamaan dan kerukunan itu memang sangat penting dan berlaku secara universal. Namun umat Kristiani tidak boleh memaksakan kehendak kepada agama lain, apalagi kelak akan melanggar aqidah, fatwa, keyakinannya, demi untuk menghormati kita.
Jikapun ada yang mengucapkan selamat, sampaikanlah ucapan terimakasihmu dengan sepenuh hati, jika tidak ada bukanlah menjadi persoalan besar, toh umat Kristiani tetap dapat merayakan natal dengan penuh suka cita dan damai sejahtera, meskipun tidak ada ucapan Selamat Natal dari umat beragama lain.
Kita senantiasa harus lebih menahan diri, dengan merenung arti dan makna hidup serta memuliakan keagungan Tuhan. Umat Kristiani harus sadar bahwa perbedaan itu memang nyata ada, namun perbedaan bukanlah menjadi penghalang dalam menjalin hubungan persahabatan sebagai makluk humanis, maupun ketika kita ingin berinteraksi sosial dengan umat agama lain.
Memang setiap perdebatan agama selalu menjadi isu sensitive dan terkadang menjurus provokatif, sementara manfaat dari perdebatan tersebut tidaklah terlalu penting. Sebab pada akhirnya masing masing pengikut akan mati matian mempertahankan dan membela keyakinannya, memang ditinjau dari segi keyakinannya semuanya itu benar. Namun pada akhirnya perdebatan itu akan menjurus kepada saling klaim yang utama dan paling benar.
Debat dan menyandingkan agama yang satu dengan agama yang lain tidak akan pernah ketemu, padahal "Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sementara kita tahu tentang kaidah kebenaran, hanya Tuhan Allahlah hakim yang adil dan sang pemilik kebenaran. Namun kecenderungan perdebatan pada akhir akhir ini sering berujung pada pelecehan, penghinaan dan penyerangan pribadi para nabi maupun menghina keillahian Tuhan dan kitab sucinya.
Agama ataupun keyakinan bukanlah ranah untuk diperdebatkan, debat agama tidaklah sama dengan debat keilmuan, sebab jika kita salah menginterpretasikannya maka; " makna mulia yang terkandung dalam masing masing kitab suci akan tercemar". Apalagi jika bukan pengikutnya ataupun ahlinya yang memberi penjelasan.
Uniknya, banyak sekali akun di media social, blog ataupun dunia maya, yang mengaku seorang Kristen atau setidak-tidaknya ketika melihat komentar-komentarnya menunjukkan kekristenannya, juga sering kali terlibat dalam diskusi dan mendebat keyakinan orang lain menurut pandang imannya sendiri.
Mereka mengaku sebagai pengikut Kristus, namun kenyataannya memperkeruh suasana diskusi tanpa mempertimbangkan norma sosial dan tidak lagi saling menghormati, padahal Yesus tidak pernah mengajarkan yang demikian.
Untuk itu, kepada saudara-saudaraku umat kristiani maupun mereka yang menggunakan atribut kekristenan, marilah kita hentikan perdebatan kekayakinan antar agama, mari kita hentikan penyerangan dan melecehkan kepercayaan orang lain. Firman Tuhan adalah firman yang hidup, kasih dan kebenaran adalah kehendakNya.
Harus kita pahami, bahwa pribadi orang Kristen terlahir dari manusia keturunan Adam, dan memiliki sifat manusiawi, yang tidak luput dari dosa dan kesalahan.
Adakah gunanya kita berdebat dengan menyerang keyakinan orang lain ? tentu tidak ada gunanya. Jikapun orang lain menyerang keyakinan Kristen, tidak usah risau ataupun marah, sehingga kembali menyerang keyakinan orang tersebut, biarkanlah seperti itu, mari ajaklah saudara saudaramu seiman untuk berdoa dan mintalah kepada Tuhan agar manusia saling mengasihi dan senantiasa perdamain terpelihara di muka bumi.
Orang Kristen janganlah kuatir, sebab sudah ada tertulis ; bahwa satu iotapun dari Firman Tuhan, tidak akan lenyap dari muka bumi, maka janganlah menanggapi fitnah, pelecehan, penyerangan keyakinan umat kristiani secara emosional, sebab semakin kita emosional dan membabi buta, kita akan melupakan hukum kasih yang di ajarkan Yesus Kristus. Membabi buta membuat kita menjadi hilang kontrol, sehingga akan jatuh pada perdebatan agama yang tidak bermanfaat dan tak pernah berujung.