dari sedikitnnya Walikota pekerja yang berorientasi publik.
Tentu kebijakannya tak bebas dari cela,
ada yang tak puas dan ada jua yang tak menyukainya.
Tapi lihatlah kini kota Surabaya,
mungkin pikiran bebas kita bisa terbuka,
Risma melakukan hal yang benar,
menjaga kota dari dominannya logika pasar.
Apa yang disebut kepentingan warga,
gamblang menjadi pusat perhatiannya,
Risma tahu faedah blusukan langsung ke warga,
Semuanya hanya untuk mengerti persoalan semata.
Tapi kini Risma bersuara lelah,
kedaulatannya sebagai walikota pilihan rakyat, dibuat goyah.
Politik dan kepentingan menggerogoti kepemimpinannya,
Ikwal mundur dari jabatan walikota, berada dibenaknya.
Jika menjadi Walikota berarti pengabdian,
sudah selayaknya Risma tetap bertahan.