Bila diadu pengalaman, bisa dipastikan semua kandidat akan kalah dengan sosok Kiai ini. Di usia yang tak muda lagi, KH. Ma'ruf Amin masih bersedia maju menjadi kandidat wakil presiden bersama Joko Widodo.
Kiai Ma'ruf Amin memimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai Rais 'Am dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai ketua umum. Seorang Kiai, yang bukan Kiai sembarangan karena memimpin dua lembaga Islam yang otoritatif di Indonesia.
Tak hanya seoang Kiai yang sibuk mengurusi urusan agama saja, Kiai Ma'ruf juga memiliki latar belakang politisi sekaligus ekonom. Akademisi sekaligus pecinta sepak bola.
Kiai Ma'ruf aktif berpolitik sejak berusia muda. Dia menjadi anggota DPRD DKI Jakarta berusia 28 tahun. Kemudian, kariernya terus naik hingga menjadi anggota DPR RI.
Di bidang legislatif itu, Kiai pernah menjadi Ketua Komisi, juga menjadi pimpinan fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.
Pasca itu, Kiai Ma'ruf tak aktif dalam politik praktis, namun melakoni politik negara sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden selama dua periode. Kini dirinya aktif sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Tentang pengalaman perekonomiannya itu, telah mengantarkannya mendapat gelar Doktor Honoris Causa pada bidang Hukum Ekonomi Syariah dari Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2012. Beliau juga akhirnya mendapat gelar guru besar atau  profesor dari UIN Malik Ibrahim, Malang pada 2017 lalu.
Kiai Ma'ruf Amin menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat, dan Bank Mega Syariah. Kini dirinya juga tercatat sebagai Anggota ex-Officio Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah (KPJKS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 2014.
Selain itu, ia tercatat menjadi Dewan Pengawas Syariah di empat lembaga keuangan non bank, di antaranya: Mega Insurance, Bringin Life, dan BNI Life Insurance.
Itulah sederat pengalaman yang dipercayakan kepada Kia Ma'ruf Amin. Maka tak mengherankan ketika dalam jumpa pers pertamanya setelah ditunjuk menjadi cawapres, ia berbicara mengenai kedaulatan pangan dan ekonomi berbasis umat.
Seluruh rekam jejak itu tak membicarakan apapun, selain soal kapabilitas seorang Kiai Ma'ruf. Dia tak hanya berusia sepuh yang telah bijak bestari, tetapi juga kaya pengalaman dan memiliki kapabilitas yang mumpuni.
*
Mendekati hari-H pencoblosan Pemilu 2019, masing-masing kandidat semakin gencar melancarkan strategi kampanye di daerah-daerah. Mereka berusaha menarik sebanyak-banyaknya pendukung agar perolehan suara pada Pemilu bisa mengungguli lawannya.
Apalagi kontestasi Pilpres 2019 ini hanya diikuti oleh dua kandidat. Otomatis aturan yang berlaku adalah 'zero sum game', artinya bila satu kandidat unggul, maka lawannya harus kalah.
Menurut penelitian Malik (2018), pemilih Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pemilih emosional, pemilih rasional-emosional, dan pemilih rasional.
Pemilih emosional adalah pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari sejak lahir. Identitas itu bisa berbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.
Pemilih rasional adalah pemilih yang mengesampingkan faktor emosional dalam memaknai suatu informasi. Proses analisa dalam pemilih rasional mengedepankan data yang afirmatif dan majemuk.
Selain itu, pemilih rasional juga mengedepankan komunikasi aktif dan terbuka, dalam artian mereka bisa menjawab secara terinci kenapa mereka membuat suatu pilihan politis.
Pemilih rasional ini tidak segan menjabarkan alasan dan faktor-faktor yang menyebabkan mereka membuat keputusan tersebut. Anda bisa mendapatkan contoh pada teman atau kerabat anda yang tidak akan sungkan memaparkan pilihan politis mereka secara logis.
Dalam ideal sistem demokrasi, masyarakat harusnya bisa bersikap rasional dalam menghadapi Pemilu. Mereka diharapkan memilih karena alasan tertentu yang logis. Pertimbangannya adalah kapabilitas dan rekam jejak kandidat.
Di sini Pemilu harusnya menjadi ajang untuk memilih yang terbaik dari kandidat yang tersedia. Ibarat memilih makanan yang terlezat, paling bergizi, dan menarik hari saat akan kita santap.
Di sinilah kunci kapabilitas tokoh harusnya 'dijual'. Untuk soal ini, Kiai Ma'ruf dengan segala rekam jejaknya, merupakan sosok yang cukup pantas untuk menjadi wakil presiden mendampingi Jokowi.