Bayangkan Anda sedang duduk di sebuah kafe favorit, menyeruput kopi hangat sambil menikmati layanan yang ramah dan profesional. Barista tersenyum hangat, mempersiapkan pesanan Anda dengan penuh perhatian, memastikan setiap detail sesuai keinginan. Di meja ada Koran terbitan teranyar dengan judul berita di halaman utama "Presiden RI Naikkan gaju Guru". Di sampingnya, sepiring pisang goreng dengan toping coklat dan keju siap untuk dilahap. Anda, jika seorang guru, memilih gorengan atau membaca koran terlebih dahulu. Pilihan ketiga, mendaras baris demi baris, sesekali menggigit pisang gorengnya. Ini sekadar gambaran layanan profesional yang membuat pelanggan puas dan ingin kembali mengunjungi kafe tersebut di saban waktu. Sebagai guru, kenaikan gaji yang diumumkan pemerintah adalah momen tepat untuk "menyegarkan" layanan profesionalisme kita. Berbahagia dan bangga itu sesuatu yang wajar walau kita semua belum tahu teknisnya seperti apa. Tafsiran mengenai kenaikan gaji guru ini masih berseliweran dan simpang siur di media sosial. Penerapannya pun masih direncanakan pada tahun 2025, bukan? Akan tetapi, sebagai guru, mendengar berita kenaikan gaji sudah cukup membuat sumringah. Baik kita kembali ke kafe dan guru. Seperti barista yang terus meningkatkan keahliannya, guru pun perlu fokus pada tiga "menu utama" kompetensi profesional. Saya fokuskan ke tiga saja terlebih dahulu, walau masih ada indikator lain pada kompetensi profesional ini. Semoga tiga bagian ini menjadi amunisi bagi kita sebelum rekening terisi jauh lebih gemuk di tahun 2025. Semoga!
KEMBALI KE ARTIKEL