Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Budaya Nitip Makan

14 Januari 2015   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:11 215 0
"eh sekalian nitip beliin ini/itu dong” begitu kira-kira dialog seseorang yang hendak menitipkan sesuatu. Dari nitip makanan hingga nitip absen. Bagi anak rantauan baru macam saya itu masih tergolong—istilah kerennya yang saya comot dari kepingan materi Sosiologi waktu SMA—dinamakan ‘cultural shock’ alias masih beradaptasi gitu sama kondisi yang serba bareng, namun itu sudah menjadi hal yang super biasa untuk anak kos senior di luar sana. Bukan cuma nitip, tapi juga meminjam barang. Malah lebih parahnya, ketika saya sharing soal persiapan mental dan bagaimana menjadi anak kos (waktu itu saya masih SMA he..he..) salah seorang sahabat saya berkata “nanti akan ada waktu dimana pinjem laptop itu udah kayak pinjem sendok makan” seram memang kedengarannya. Namun itu memang terjadi. Apalagi dalam lingkup mahasiswa. Fokus dalam tulisan saya kali ini akan membahas tentang budaya nitip, khususnya nitip makanan. Kenapa makanan? Karena membahas tentang titip absen itu udah way over mainstream.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun