Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Mengunjungi Memphis, Ibukota Mesir Kuno (3000 SM)

30 April 2013   04:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:23 2766 2
Sudah lama kami ingin pergi ke tempat ini, sebelum akhirnya hari Sabtu (27/4) lalu  berhasil mengunjunginya.  Sebuah kota bernama Memphis.

Memphis merupakan kota dan ibukota Mesir kuno dan pusat penting dari sejarah Mesir. Kota ini terletak di selatan delta Sungai Nil, di tepi barat sungai, dan sekitar 30 km selatan kota Kairo. Kota kuno ini berada tidak jauh dari pyramid Sakkara dan Dashour. Pada tahun 1979, situs arkeologi Memphis ini ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Kota Memphis didirikan sekitar 2925 SM oleh Menes. Memphis merupakan nama versi Yunani sedangkan dalam bahasa Mesir kota ini bernama Men-Nefer. Nama Mesir Kuno nya adalah Inebou-Hedjou (diterjemahkan sebagai "white wall atau dinding putih"). Karena kota Memphis dibangun di dataran tinggi sebagai benteng untuk membendung banjir sungai Nil pada masa itu.

Sejarahwan Mesir Manetho menyebut Memphis sebagai Hut-ka-Ptah (diambil dari nama dewa, Ptah), yang dalam bahasa Yunani Ai-gy-PTOs, berasal dari bahasa latin AEGYPTVS. Ini sebabnya Mesir dalam bahasa Inggris dinamakan Egypt. Istilah Koptik juga diyakini secara etimologis berasal kata ini.

Kota Memphis adalah ibukota Mesir selama periode awal dinasti (sekitar 3100 – 2613 SM) dan periode Old Kingdom (2613-2160 SM). Pada periode Middle Kingdom, ibukota Mesir berada di kota Ijtawy di Fayoum sebelum akhirnya pada masa New Kingdom ibukota Mesir pindah ke Luxor. Memphis merupakan kota yang sangat besar, hal ini bisa dilihat dari keberadaan Necropolis (komplek pemakaman) di kawasan Memphis membentang sepanjang 30 km di sepanjang tepi barat Sungai Nil yaitu situs Giza , Sakkara dan Dashour.


Situs kota kuno Memphis saat ini hanya sedikit saja yang terlihat, karena kebanyakan dari bangunan-bangunan di sana terkubur di bawah lumpur sungai Nil selama ribuan tahun akibat banjir ditambah lagi  bangunan rumah modern yang berdiri di atasnya. Tapi untuk melindungi situs bersejarah ini pemerintah Mesir membuka open air museum di kota Memphis ini.

*****

Dengan menyewa mobil seharga 200 LE, suami bertugas jadi sopir dan saya sebagai navigator. Kami berangkat pagi itu dari rumah di daerah Ma’adi. Sebelum berangkat, survey jalan dulu menuju ke sana melalui peta google. Tapi Memphis tidak kami temukan di peta itu. Namun, kami pernah melihat peta di buku sejarah Mesir kuno, Memphis berada dalam satu kawasan dengan pyramid Sakkara dan Dashour. Karena kami pernah ke dua tempat itu paling tidak kami tahu di mana kira-kira lokasi kota Memphis. Hanya saja kami memutuskan untuk lewat jalan lain, bukan jalan yang menuju Sakkara dan Dashour.

Berangkat sekitar jam 10.00 kami melewati ring road, setelah menyeberangi jembatan sungai Nil lalu bergerak menyusuri sebelah barat sungai, Upper Egypt road namanya. Jalan ini merupakan jalan tradisional atau jalan lama sebelum dibangun jalan tol untuk menuju Luxor dan Aswan. Dinamakan juga sebagai Agricultural Road karena menyusuri daerah pertanian sepanjang sungai Nil dan jalan satu lagi dinamakan Desert Road, karena  melewati gurun pasir. Menyusuri jalan ini tak jauh berbeda dengan suasana di Indonesia terutama di daerah sepanjang pantura Jawa.

Sempat ragu karena tidak tahu lokasi pastinya, petunjuk jalan juga tidak ada. Tapi  untuk bertanya pada orang Mesir  khawatir mereka juga tidak tahu kalau yang ditanyakan adalah Memphis. Maka saya buka Wikipedia, dan saya menemukan informasi bahwa Memphis terletak dekat Mit Rohina. Nah inilah kata kunci untuk bertanya. Sampai di persimpangan pertama suami memutuskan untuk bertanya. Dan dapat petunjuk juga akhirnya, menurut orang yang kami tanya kami harus berbelok ke arah barat setelah melewati kota Badrah Syiin, terus ke arah barat sebelum sampai di kota Mit Rohina.


Kami ikuti petunjuknya, jalannya lumayan mulus walaupun banyak polisi tidur di tengah jalan. Melewati keramaian pasar tradisional, kami disuguhi aktivitas orang-orang Mesir yang kurang lebih sama dengan orang-orang desa di Indonesia, mereka ramah dan bersahaja. Sempat bertanya lagi pada pedagang buah di pasar,


“Assalaamu’alaikum, Mit Rohina fein..?” (Assalaamu’alaikum, Mit Rohina di mana ya?)

“Wa’alaikum salamm.. ohh… hena alatul… “ (Wa’alaikum salaam.. jalan ini lurus saja)

“Aewaa.. shukraan..” (Iya.. terima kasih)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun