Di balik meja dapur yang sederhana, Ningsih duduk termenung. Wajahnya memandang kosong ke luar jendela, menatap hujan yang jatuh perlahan. Hujan yang sama yang menyejukkan hatinya beberapa tahun lalu. Di saat itu, Ningsih masih ingat dengan jelas, dia duduk di depan komputer jadul milik ibunya. Sebuah dunia maya yang penuh dengan kemungkinan. Di situlah ia pertama kali bertemu dengan Heru.
KEMBALI KE ARTIKEL