Dasar penelitian dari Kiai Imad sendiri didasarkan pada oknum yang menggunakan nasab atau garis keturunannya sebagai tameng dan sekaligus berlindung mengatasnamakan ummat. Bahkan dari segi akhlak dan ilmunya sangat jauh dari yang diharapkan.
"Bukankah kemulian itu dari ilmu dan adab? Bukan berasal dari nasab..." inilah pelajaran kelas dasar, di pesantren tempat kami belajar dahulu. Dalam karya syair Imam Syafii juga dengan jelas mencatatnya bukan?
Sebagai orang yang awam, tentu ini cukup mengerutkan kening. Sebab, penulis sendiri sangat awam terkait dengan ilmu nasab bahkan baru mendengarnya baru-baru ini. Oleh karenanya, penulis berada di tengah karena ranahnya masih perdebatan dan belum menemui titik terang. Pendapat mana yang lebih kuat, itulah yang akan penulis ikuti. Hanya saja, untuk saat ini masih di ranah abu-abu.
Di berbagai channel yutub yang penulis tonton, banyak sekali ilmu yang didapat. Tak hanya seputar pengetahuan yang baru, melainkan banyak tokoh-tokoh yang semakin bermunculan. Dari yang abal-abal, hingga yang ekspert di bidangnya. Bahkan usianya dibilang masih sangat muda2, tetapi keilmuan dan bahasanya sangat luar biasa.
Fakta yang penulis baru ketahui juga ialah kiai Imad bukan kaleng-kaleng, banyak kitab yang sudah beliau tulis. Bahkan di kitab yang kini menjadi polemik, beliau justru tetap pada karyanya. Sebab apa yang beliau tulis merupakan pembaruan dan berdasarkan keilmuan bukan sembarangan. Ketika karyanya dibedah, dan disalah-salahkan dengan santai beliau menanggapinya.
"Hal kecil tak perlu dibesar-besarkan. Tapi fokuslah kepada ide besar yang ada di dalamnya..." Kiai imad juga menantang sang pengkritiknya itu, dengan meminta karya si pengkritik yang hanya berupa cover tapi isinya belum diketahui. /Amha.