Mungkin diantara kita masih ada yang tidak mengenali siapa beliau. Siapakah dia? Dia wanita yang berperan sebaga guru tanpa tanda jasa. Seorang ibu yang terlihat bersemangat ketika memberi bimbingan belajar kepada anak-anak di sekitar rumahnya yang ingin belajar bersamanya. Ibu Een Sukaesih, sumber inspirasi bagi siapapun.
Ibu Een mengidap penyakit Rheumathoid Artitis sejak umur 18 tahun, dia Duduk di bangku Sekolah SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan mengalami kelumpuhan. Dia hampir putus asa untuk menjadi guru sebagai cita-citanya.
Nama penyakit yang diderita Een bernama rheumatoid arthritis. Penyakit inilah yang membuat seorang Ibu Een lumpuh dan hanya bisa berbaring saja selama puluhan tahun.
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menghasilkan gangguan inflamasi sistemik kronis yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama serangan fleksibel (sinovial) sendi. Hal ini dapat menjadi menonaktifkan dan kondisi yang menyakitkan, yang dapat menyebabkan kerugian besar fungsi dan mobilitas jika tidak diobati dengan tepat.
Sebelumnya, dia sempat diterima menjadi CPNS dan sempat mengajar di sebuah SMP di Cirebon, namun karena sakit yang dideritanya, dia mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut.
Tak mematahkan semangat dalam berbagi dalam hal pendidikan. Awalnya, dia memberikan bimbingan belajar kepada seorang anak tetangga yang betanya kepadanya tentang soal PR yang tidak bisa dikerjakan. Kemudian, semakin banyak anak-anak yang datang untuk menimba ilmu darinya. Akhirnya, di kamar tidur Ibu Een menjadi tempat bimbingan belajar.
Untuk dedikasinya pada pendidikan, Bu Een beroleh sejumlah penghargaan, di antaranya Dompet Dhuafa Award 2010, lalu Education Award dari Bank Syariah Mandiri (BSM), lalu dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Kartini Award 2012 dan Tupperware She Can! untuk karya inspiratifnya
Dan selain itu, sebuah stasiun televisi swasta menganugerahi dia penghargaan Liputan 6 Special Award. Kisah pengabdian Bu Een sampai ke telinga Pak SBY. Bu Een diundang ke Istana Negara dan diterima oleh Presiden SBY meskipun dalam keadaan berbaring di atas kasur. Kepada Pak SBY, Bu Een berbisik bahwa harta yang dia miliki hanyalah kasih sayang.
Gelar "Guru Kalbu" pun telah diraihnya. Dalam kondisi lumpuh, Ibu Een mampu mengabdikan diri dengan mengajar anak-anak. Dengan guru kalbu seperti dia, Indonesia diyakini bisa mencapai generasi emas.
“Dengan guru kalbu itulah, diharapkan menjadi sumber inspirasi dan energi bagi para guru saat ini untuk mempersiapkan generasi emas nanti. Terkait hal itu, sudah saya tulis dalam artikel yang dimuat “PR” terbitan hari ini, Selasa,” kata M. Surya.
Hal senada dikatakan Plt Bupati Sumedang, H. Ade Irawan. Ia menuturkan, dirinya menyambut baik peluncuran buku biografi tersebut. Buku tersebut menjadi sumber inspirasi untuk meningkatkan kinerja dan terus berkarya guna mencapai kesuksesan.
“Orang sukses itu bukan karena jabatan dan gelar, melainkan yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat banyak, seperti halnya Bu Een. Walau fisik terbatas, tapi mampu mentransfer ilmu. Mudah-mudahan, Bu Een bisa terus berkarya dan panjang umur. Kami mohon doanya, supaya pembangunan Sumedang ke depan lebih baik dengan terwujudnya visi Sumedang Senyum Manis, Sejahtera, Nyunda, Maju, Mandiri, Agamis,” kata Ade.
Sementara itu, Zaenuddin HM mengatakan, menulis buku biografi “Een Sukaesih Sang Guru Qolbu” merupakan pengalaman batin yang tak akan terlupakan. Saking terharunya mendengar perjuangan hidup dan pengabdian Een mengajar anak-anak dengan penuh kasih sayang dan ketulusan hati, membuat dirinya sempat menangis saat menulis buku tersebut.
Dan semoga menjadi motivasi dan semangat kerja, untuk segenap guru dan mahasiswa, menjadikan kisah inspiratif dari Ibu Een Sukaesih.