Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Pijat Refleksi

11 Desember 2012   10:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:50 124 0
“Sedikit pegal-pegal dan sakit ternyata, tidak membiru hanya rasanya begitu”

Kejadian ini terjadi ketika pagi hari ini saya akan mengambil barang dagangan sebelum kuliah, berjalanlah saya dengan seorang teman, karena sambil berjalan, naluri kerumpian pun muncul, saya mengajak teman saya mengobrol, dan sepertinya kami terlalu asyik terbuai dalam celoteh. Tiba-tiba ada suara memekik bukan teriak, semacam sindiran rasanya lebih pedas daripada sambel bakso. Terdengar suara wanita tak terlalu tua bersuara dengan nada menyindirku dari jauh langkahku dengan bahasa sunda ia berbicara, ternyata wanita itu sedang bersama suaminya adalah orang yang saya lewati,  saya pikir Ia hanya bercanda saja, namun nadanya semakin sinis, tak sampai berpuluh-puluh detik  saya tersadar, oh yaa... saya lupa "Punten" simbol permisi dalam adat dengan menundukan kepala, ya saya sadar saya khilaf, saya telah lalai tak melakukan ritual kesopanan, ada rasa menyesal yang teramat, ada juga rasa heran, dan membuat saya bertanya tentang ini " kenapa baru saja saya sekali melakukan salah fatal tak disengaja ini langsung diserbu sindiran begini, padahal saya tak pernah marah jika saya "Punten" dan bungkuk-bungkuk tak dianggap, tak diberi senyum, dan tak terbalas "Mangga" (dipersilahkan)??.

Tapi, tak apa mungkin ini pelajaran untuk diri saya supaya kalau sedang jalan, harus pasang mata waspada, jangan sampai lupa bilang "punten" untuk yang kedua kalinya.  Puntennnnnnnnnnnnnn.............

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun