Seperti juga kesebelasan 'partikelir' yang dulu beken disebut galatama, Arema adalah kesebelasan yang juga dihidupi pendukungnya. Tiap kali Arema main kandang (home) membanjirlah pendukungnya ke stadion. Ini juga pemandangan yang sama di beberapa tempat yang kesebelasannya amat dicintai pendukungnya, macam Persib, Persebaya, Persija maupun PSM. Penonton pun lumer, cair, bercampur strata, mulai dari pengamen, tukang jaga parkir, hingga kalangan atas yang sentosa secara materi. Warna-warni seperti pelangi, ibaratnya jika dilihat dari jauh. Bagaimana dengan Persema?
Persema adalah eks kesebelasan perserikatan yang masih mendapatkan dana APBD--yang kerap membuat iri cabang olahraga lain--maka penontonnya juga terlihat beda. Meski sama-sama dibesarkan di kota Malang, kalau pas Persema main maka banyak PNS daerah yang merasa 'wajib' nonton karena mereka kadang jadi pengurus juga. Fenomena Persema tentu juga didapati di kesebelasan lain juga yang kebetulan masih dapat menikmati gurihnya dana APBD. Apapun, sepakbola pantas dinikmati semua kalangan. Maka butuh integritas dan sikap amanah yang luar biasa agar terus dapat menghadirkan tontonan bola yang menarik sekaligus berkualitas. Maka jika kongres--atau apapunlah namanya--sepakbola Indonesia dihelat di Malang, pantaslah Aremania berbangga. Imbas positif semoga tetap menaungi dua kesebelasan ini, juga kesebelasan lain di negeri ini.
Semua sepakat, sepakbola adalah salah satu etalase yang dapat menunjukkan 'wajah' serta 'identitas' sebuah negara. Seperti juga induk bola yang bernama olahraga. Makin berprestasi olahraga sebuah negara, makin majulah negara tersebut. Harus ada reformasi sistematis dalam kepengurusan PSSI agar sepakbola benar-benar dikelola secara profesional. Sekali lagi, selamat datang di Malang, selamat berkongres ria.