Diiringi tangisan seoran anak laki-laki yang merintih "ampun ma..ampun..kapok..." saya dan suami hanya berpandangan tak tahu apa yang harus kami perbuat. Ini untuk kesekian kalinya kami mendengar kejadian yang hampir sama dirumah tetangga depan rumah.
Kejadian tersebut mengingatkan saya pada masa-masa sekolah saya dimana ayah selalu "menghajar" saya ketika hasil disekolah tidak sesuai dengan harapan ayah. Kadang yang saya ingat bukanlah sebab kenapa ayah memukul saya, tetapi justru pertanyaan "kenapa ayah harus memukul saya?" .
Setelah cukup lama larut dengan pikiran masing-masing tiba-tiba suami saya berguman " Bapak dulu menghajar aku gara-gara aku tak mau membantu menanam lombok , sejak saat itu aku melihat Bapak ...kok cuma segitu ya Bapak.."