Rombongan yang tiba di Bantaeng Sabtu pagi (01/09/2018) diterima Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng, H Abdullah Taibe didampingi Pimpinan LSM Biru Hijau, Arfan Doktrin di Baling-baling Restaurant and Cafe.
"Bantaeng punya komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan. Makanya kami ingin jadikan percontohan", ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Wati ini mengasumsikan bahwa komunitas pemerhati lingkungan dan kelompok tani di Bantaeng bersama-sama dengan Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Desa Pattaneteang, amat peduli dengan pelestarian hutan. Kepala Desa Pattaneteang, Lukman Bungdung yang ditemui tim menyambut baik kunjungan tim.
Di kediaman Lukman dipaparkan sejumlah program strategis sebagai upaya pemanfaatan hutan desa pada kawasan Perhutanan Sosial. Salah satunya dengan adanya perkebunan kopi. Bahkan komoditas kopi tidak sekedar dikembangkan untuk dinikmati warga Bantaeng saja. Namun diupayakan sepenuhnya bisa menasional bahkan mendunia dengan produk-produk kopi khas Bantaeng. Salah satunya Green Bean Specialty yang dikembangkan di Daulu, Desa Pattaneteang.
"Kalau tidak ada aral, tanggal 1 Oktober 2018 ada Field Trip atau Kunjungan Lapangan ke Bantaeng seluruh peserta Pameran Kopi Internasional dari Makassar. Kita berharap kehadiran mereka dapat memacu pemasaran, penjualan maupun pengembangan kopi serta pengelolaan hutan desa itu sendiri", tutur Lukman.
Sekedar diketahui, pameran dalam rangka Internasional Coffee Day yang dipusatkan di Makassar sedianya dilaksanakan 14-15 Oktober 2018, dimajukan jadwalnya menjadi 29 September hingga 1 Oktober 2018. Dan Field Trip ke Bantaeng menjadi rangkaian penutup pameran tersebut.
Pada kesempatan sama, Ketua Balang Institut, Adam Kurniawan selaku NGO mitra Pemerintah Desa Pattaeneteang menyampaikan, "Kita ada program untuk menginterasikan pengelolaan kopi, sentra produksi kopi dan sentra penjualan kopi dengan wisata hutan desa. Rencana ini sudah kita presentasekan di hadapan Gubernur SulSel Terpilih. Bapak Prof Nurdin Abdullah merespon baik dan sudah mengutus tim kesini.
Dengan wisata terintegrasi ini kata Adam, pengunjung bisa menginap pada dua homestay yang disiapkan di sekitar hutan desa. Mereka nantinya disuguhi minuman kopi serta menyaksikan endemik langka diantaranya Kuskus, Beruang Sulawesi, Anoa dan Flychatcer Lompobattang atau Ficedulla Bonthaina.
Target terbesarnya agar ekonomi masyarakat di sekitar hutan desa dapat semakin meningkat. Selain itu masyarakat dengan sendirinya punya kepedulian untuk terus menjaga kelestarian hutan desa. (AMBAE)
salam #AMBAE