Pelindungan tiga dimensi dipastikan semakin berjalan efektif. Apalagi dengan dibangunnya Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan). Sebagai sarana yang menunjang Pelindungan menyeluruh terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI). Pusat edukasi dan pembinaan yang sistemnya terintegrasi.
Pelindungan ekonomi, hukum, dan Pelindungan sosial. Inilah yang dimaksudkan dengan Pelindungan tiga dimensi, dari Kepala BP2MI, Benny Rhamdani. Pusdiklat ini akan diberi nama Indonesia Migrant Center.
Baik dalam urusan pelatihan bagi calon PMI, PMI dan purna PMI. Agar PMI benar-benar handal, profesional. Fasilitas kesehatan yang memadai, hingga dibangunnya pusat pelatihan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Benny selalu berfikir besar "big think".
Sisi literasi keuangan juga diperhatikan. Pusdiklat siap memfasilitasinya. Pelatihan untuk meningkatkan skill disediakan. Mimpi besar Benny Rhamdani, selaku pimpinan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) bukan tanpa berfikir radikal. Melainkan, telah melewati pertimbangan matang. Bukan pula lahir ujuk-ujuk.
Benny yang telah kurang lebih 2 tahun, 3 bulan menjadi Kepala BP2MI mengetahui utuh kendala utama yang dihadapi PMI. Dari hulu sampai ke hilir. Tak mau mendiskriminasi, dan mengistimewakan PMI. Benny menempatkan dirinya, juga BP2MI sebagai sebaik-baiknya Lembaga publik yang inklusif, transparan. Hadir untuk kepentingan semua komponen rakyat.
Selain memberantas mafia penempatan ilegal PMI, seperti yang tertera dalam 9 program prioritas BP2MI. Benny mengoptimalkan pemberdayaan bagi PMI dan keluarganya. Disinilah Indonesia Migrant Center, sebagai Pusdiklat amat diperlukan. Sebagai penunjang strategis.
Gedung yang dicita-citakan Benny, (Pusdiklat) akan menjadi Gedung Serbaguna bagi para PMI di negeri ini. Bermanfaat sebagai Rumah ramah atau rumah nyaman bagi PMI. Sehingga tidak ada lagi PMI yang tinggal diselter UPT BP2MI.
Fasilitas Indonesia Migrant Center makin lengkap. Tersedia sarana prasarana yang menunjang PMI. Aktivis pegiat kemanusiaan juga mengetahui sekarang situasinya BP2MI masih memiliki kekurangan. Terutama terkait anggaran.
Itu sebabnya, keberpihakan politik, dan political will dari wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sangat dibutuhkan. Bukankah, para Pahlawan Devisa harus diperlakukan mulia dan terhormat oleh negara. Jangan biarkan BP2MI bergerak sendiri. Apalagi bergerak dengan amonisi yang pas-pasan.
Harapan, bahkan hasrat publik yang dilekatkan di BP2MI begitu banyak. Sayangnya, semua belum bisa dieksekusi sepenuhnya. Disebabkan, BP2MI masih sangat kekurangan angaran. Untuk soal pembebasan biaya saja, baru dilakukan bertahap.
Belum mampu BP2MI melakukan secepat kilat. Perubahan fundamental yang digaungkan Kepala BP2MI tidak ditopang anggaran yang memadai. Usulan anggaran yang sesuai dengan program kegiatan. Proporsional dari BP2MI, yang ditetapkan malah jauh dari harapan.
Padahal, perjuangan revolusioner dari BP2MI semuanya demi PMI tercinta. Walau tantangan ragam menghadang, di depan mata. Benny selaku Kepala BP2MI tak pernah gentar. Bahkan muncul guyonan, bawa BP2MI "bekerja nekat".
Bagaimana tidak, Kepala BP2MI dengan anggaran yang minim dan masih jauh dari kekurangan. Tapi visi besar membela PMI, membebaskan biaya Preliminary dan Karantina telah dilakukan. Pemulangan PMI terkendala atau dideportasi juga dilakukan BP2MI.
Dimana sebelumnya, soal anggaran terdengar untuk biaya pemulangan PMI telah dikelola anggarannya oleh Kementerian Luar Negeri. Artinya, untuk satu urusan ini harusnya Kemenlu yang menjalankan amanah ini dengan baik. Jangan seperti melempar bola.
Berdiam diri saat publik yang belum mengerti kewenangan memulangkan PMI, lalu BP2MI diserang. Disalahkan, dianggap menjadi domain BP2MI. Ternyata tidak. Ini kewenangan Kemenlu. Jangan lagi sesuatu yang bukan menjadi tanah BP2MI, malah Benny dibuat babak belur.
Kembali ke mimpi besar Kepala BP2MI. Indonesia Migrant Center ditargetkan harus dibangun, karena selama ini sejak PMI resmi bekerja di Luar Negeri. Dan juga memberi kontribusi Devisa untuk Indonesia. Bangunan fasilitas sekelas Indonesia Migrant Center belum dibangun.
Bukan hanya berniat mencatatkan sejarah. Tapi lebih dari itu, Benny mau berbuat lebih bagi para Pahlawan Devisa dan warga VVIP (PMI). Perjuangannya untuk membangun Indonesia Migrant Center telah didengungkan, telah diusulkan ke DPR. Namun sayangnya, belum direalisasikan anggarannya.
Mimpi manis PMI, untuk hidup bahagia dan senang saat kembali ke Indonesia jangan dibuat berubah menjadi mimpi buruk. Kata Benny, negara hadir untuk PMI. Jangan menjadikan PMI sebagai warga nomor dua, apalagi nomor tiga dan nomor empat.
Sudah dikatakan. Baik saat pidato, Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR, Benny lantang dan penuh percaya diri menyampaikan rencananya membangun Indonesia Migrant Center tersebut. Perubahan revolusioner akan dilakukan politisi Hanura ini di tubuh PMI.
Benny intens melakukan perbaikan tata kelola penempatan PMI. Beberapa pembaharuan yang dilakukan BP2MI menurut Benny akan memberi legacy dan menggembirakan jika Indonesia Migrant Center dibangun. Karena akan menjadi pusat pelatihan, pengayaan, dan pemberdayaan purna PMI juga bisa dilakukan disini.
Tak hanya itu. Transformasi layanan BP2MI dilakukan. Juga menerapkan sistem pelayanan yang penuh inovasi. Berpinsip kerja kolaboratif, patuh pada regulasi dan disiplin. Etos kerja yang ditunjukkan Benny lambat-laun mulai merambah. Tertular pada para jajaran pimpinan BP2MI dan birokrat di lingkup BP2MI.