Ratusan warga Bangka beragama tionghoa yang berada di luar pulau rela untuk pulang kampung untuk melaksanakan cengbeng. Mereka mengenakan pakaian tradisional dan membawa berbagai jenis makanan atau sesajen ke makam para leluhur mereka.
Salah satu momen puncak dari perayaan ini adalah upacara tradisional di mana warga mempersembahkan sesajen kepada para leluhur dan dewa-dewa untuk memohon keberkahan dan kesuksesan di tahun yang akan datang. Para pemuka adat memimpin doa-doa dan ritual khusus sebagai bagian dari upacara tersebut.
Salah satu masyarakat yang rela pulang ke kampung halaman, Oktaviani menyampaikan hal ini selalu dilakukan setiap tahunnya. Meskipun pada bulan-bulan lainnya dirinya juga kerap untuk balik ke banhka untik sekedar liburan atau urusan keluarga.
"Perayaan Cengbeng adalah waktu di mana kami semua bisa berkumpul sebagai satu keluarga besar, mengenang tradisi nenek moyang kami, dan merayakan warisan budaya kami yang kaya," kata Oktaviani, seorang penduduk setempat yang turut berpartisipasi dalam perayaan.
Perayaan Cengbeng tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan budaya dan tradisi Bangka, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan kebanggaan akan identitas lokal. Dengan semangat kebersamaan, perayaan Cengbeng tahun ini berakhir dengan kenangan yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.