Menyikapi permasalahan tersebut, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) Â menjalankan program pengabdian masyarakat bertajuk "Dari Candi ke Layar: Mengangkat Pesona Rumah Seni Budaya Singhasari di Era Digital". Program ini bertujuan untuk membantu RSBS mengatasi kendala tersebut dengan meningkatkan visibilitas dan eksistensinya di ranah digital melalui pengelolaan media sosial yang efektif.
"Program ini didasarkan pada pentingnya menjaga keberlanjutan seni budaya tradisional di tengah disrupsi modernisasi," ujar Anggia Kia Karisa, ketua tim pengabdian dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UM. "Pemanfaatan teknologi digital dan media sosial menjadi strategi utama untuk memperluas jangkauan RSBS serta membangun citra yang kuat di era digital."
Tim pengabdian  menjalankan program ini dengan beberapa kegiatan utama, yaitu:
* Workshop Kreasi Konten Digital: Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola RSBS dalam membuat konten yang kreatif dan menarik. Melalui pelatihan ini, pengelola diajarkan cara menyusun konten, seperti video pendek dan desain visual, yang relevan dengan audiens media sosial saat ini. Pelatihan juga meliputi strategi untuk menjaga konsistensi unggahan dan teknik optimasi interaksi dengan pengikut.
* Pembuatan dan Optimalisasi Akun Media Sosial: Â Tim membantu RSBS membuat dan mengoptimalkan akun media sosial seperti Instagram dan TikTok, termasuk menyusun strategi branding dan desain profil.
* Pendampingan Pengelolaan Media Sosial: Â Selama dua minggu, tim memberikan pendampingan intensif untuk membantu pengelola RSBS dalam mengelola akun mereka secara profesional.
* Kampanye Media Sosial: Â Kegiatan kampanye dilakukan untuk mempromosikan program-program unggulan RSBS secara luas. Kampanye ini mencakup pembuatan hashtag unik, promosi melalui video pendek, dan interaksi aktif dengan pengikut.
"Kami berharap dengan program ini, RSBS dapat menjangkau khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda," tambah Amanda Aurellya Putri, anggota tim pengabdian. "Selain itu, workshop pembuatan konten digital yang diadakan telah memberikan keterampilan baru kepada pengelola RSBS, sehingga mereka mampu memanfaatkan media sosial secara lebih efektif sebagai alat promosi."
Hasilnya, program ini berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian seni budaya tradisional melalui optimalisasi media sosial. Jumlah pengikut media sosial RSBS meningkat hingga 10% selama periode pelaksanaan kegiatan, menandakan peningkatan visibilitas di platform digital. Engagement pada unggahan media sosial, seperti likes, komentar, dan bagikan, juga mengalami kenaikan drastis hingga 5% dibandingkan periode sebelumnya.
"Program ini memiliki potensi keberlanjutan yang kuat," ujar Dwi Candra Loka Saputra, anggota tim pengabdian. "Pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan membekali pengelola RSBS dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola media sosial secara profesional. Dengan keterampilan ini, mereka dapat terus mengembangkan strategi digital secara mandiri, bahkan setelah program berakhir."
Program pengabdian ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi UM tidak hanya fokus pada teori komunikasi, tetapi juga aktif dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan untuk membantu masyarakat. Dengan program ini, diharapkan RSBS dapat terus beradaptasi dan mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, serta menjadi pelopor dalam pelestarian seni budaya tradisional melalui media digital.
Dengan semangat melestarikan budaya dan memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, program pengabdian masyarakat ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam memajukan seni budaya tradisional. Semoga program ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam menjaga warisan budaya Indonesia agar tetap hidup dan berkembang di era digital.