Sapaan serta senyumnya tidak pernah hilang disetiap pagi. Walau tampilannya lusuh dan kotor, saya selalu melihat keceriaan di wajah dan gelagat beliau.
Kita sebut saja beliau "Mamih". Orang-orang di tempat kerjaku bahkan tukang parkir, penjaga toko sebrang, warung kaki lima, dan seluruh pedagang kantin memanggilnya dengan sebutan Mamih. Mungkin, karena ia paling tua diantara semuanya. Kelihatannya tidak berkeluarga, tidak pernah nampak bersama pasangan maupun keluarganya. Hal itu pula yang terkadang menyakitkan untuk dipikirkan.
Memang pekerjaan mamih itu terkesan kotor dan menjijikan, bahkan kotoran kucing pun beliau yang membersihkan. Namun percayalah, sehari saja beliau tidak datang, sampah di area coffeshop serta tumpukan trashbag menumpuk dan dikerumuni lalat. Kami saja para pemuda tidak sanggup membersihkannya karena tidak tahu mau dibuang kemana, namun beliau melakukannya sendirian.