Al-Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. yang bersifat memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah swt. dan risalah-Nya. Al-Quran juga merupakan sumber rujukan pertama dan utama dalam ajaran Islam. Hakikat diturunkannya al-Quran adalah menjadi acuan moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan problem sosial yang timbul ditengah-tengah masyarakat. Meskipun Al-Quran merupakan satu kesatuan paket yang ayat-ayatnya tak dapat pisahkan satu sama lain, namun proses turunnya wahyu yang memakan waktu dua puluh tahun lebih tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara Al-Quran dan realitas kehidupan (yaitu; antara teks, penerima pertama yaitu Nabi SAW. dan objek realitas) dan tidak dapat disepelekan terlebih diabaikan begitu saja. Hubungan erat yang dimaksud tersebut dalam istilah Qasim Mathar, dalam beberapa forum, digambarkan bahwa wahyu yang diturunkan oleh Tuhan tersebut bukan bertujuan untuk menghapus budaya yang ada, tetapi ia datang untuk mempersuntingnya, lalu mendudukkannya pada posisi yang lebih terhormat dari keadaan sebelumnya. Karena hubungan kuat tersebut, mengabaikan salah satu di antaranya berarti sama halnya membuka peluang yang besar untuk berbuat kesalahan dalam memahami dan menemukan makna kandungan Al-Quran. Olehnya itu, pengetahuan di seputar teks dan realitas yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Al-Quran sangatlah penting. Di antara pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang nuzulul Quran dan asbabun nuzul. Banyak pernyataan ulama yang secara tegas menetapkan arti pentingnya kedudukan ilmu tersebut, di antaranya adalah pernyataan Imam ibn Daqiq al-Aid. Beliau berkata bahwa penjelasan sabab al-nuzul adalah jalan yang kuat dalam memahami makna-makna Al-Quran.
KEMBALI KE ARTIKEL