Luka itu semakin menganga. Bertahun lamanya, adalah sebuah penantian tak berujung yang memaksanya untuk menghitung waktu tanpa diminta. Sudah tak terhitung, tak terhitung berapa banyaknya hari yang berlalu tanpa adanya bukti nyata tentang kepastian yang telah dijanjikan kepadanya. Hatinya sakit, hatinya mejerit dengan segala ketidak-adilan—yang entah sejak kapan—oleh orang lain malah tak pernah dihiraukan. Ia sudah lama terkurung dalam tubuh yang menyiksanya. Ia telah lama terbelenggu oleh tirai kasat mata yang memaksanya tersisih dari kebanyakan manusia. Orang lain mengatakan bahwa ia tidak sama dengan kebanyakan orang. Keterasingan adalah satu-satunya teman yang dimilikinya.
KEMBALI KE ARTIKEL