Komersialisasi dalam pendidikan diwujudkan dalam bentuk biaya pendidikan yang meninggi tiap tahunnya, serta fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan yang dijual pada korporasi maupun menagih pembiayaan dari siswa. Sementara privatisasi jelas nyata dengan terbukanya akses pendidikan hanya kepada yang berpunya. Pendidikan menjadi komoditas yang privat alih-alih hak rakyat yang sudah dilindungi konstitusi. Semua ini adalah praktik liberalisasi yang disuntikkan lewat program-program 'efisiensi anggaran' dan 'kebijakan fiskal' oleh forum-forum multilateral yang diinisiasi langsung oleh negeri-negeri kapitalis monopoli, termasuk G20.
Dalam KTT G20 presidensi Indonesia tahun ini, dibentuk EdWG (Education Work Group) G20, yang merupakan forum menteri pendidikan negara anggota G20 untuk merumuskan kebijakan dan konsepsi pendidikan sesuai kebutuhan mereka. Ada empat hal yang menjadi fokus pembahasan dalam forum ini, yaitu Pendidikan Berkualitas untuk Semua, Teknologi Digital dalam Pendidikan, Solidaritas dan Kemitraan, serta Masa Depan Dunia Kerja Pasca COVID-19. Namun, rakyat kita tidak akan tertipu lagi dengan semua retorika manis yang menyelubungi doktrin neoliberalisme mereka.
Dalam pembahasan mereka mengenai agenda pendidikan berkualitas, yang mereka lampirkan sebagai data dan permasalahan utama yang direspon bukanlah soal tiadanya akses pendidikan bagi pemuda-mahasiswa, namun mengenai tingginya 'learning loss' (kekosongan belajar) selama pandemi karena sekolah ditutup dan rakyat tak memiliki komputer untuk menyelenggarakan pembelajaran. Dari sini, ditariklah kesmpulan bahwa agenda digitalisasi dan teknologi pendidikan adalah hal yang mendesk untuk diwujudkan, berkorelasi dengan agenda transformasi digital dan teknologi daripada G20 itu sendiri. Siapakah yang akan diuntungkan selain korporasi besar telekomunikasi dan perbankan digital? Padahal, yang diinginkan oleh rakyat sebetulnya sederhana saja: sekolah harus gratis, dan kuliah harus murah!
Agenda mengenai 'kemitraan' dalam bidang pendidikan G20 pun, bukanlah hal yang baru. Sejak 2016, mobilisasi kaum muda dan mahasiswa untuk mencurahkan tenaga mereka diperusahaan-perusahaan dengan kedok 'mencari pengalaman kerja', sudah digaungkan KTT G20 presidensi Tiongkok. G20 Itali tahun 2021 pun mengulangi tipudaya tersebut, hingga wujudlah 'Kampus Merdeka - Merdeka Belajar (MBKM)' yang problematik ini di sekolah dan universitas Indonesia.Â