Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Anugerah Terindah

2 Oktober 2020   22:08 Diperbarui: 2 Oktober 2020   22:12 55 7
Perjalanan ini masih panjang, jalan pun penuh terjal
Kadang duri kadang kerikil tajam, mendera bertubi, tak mau peduli
Sepanjang hari bertandang luka, luka yang belum sempat mengering
Kembali menganga, tergores lagi
Oleh belati yang tak pernah ingin mengerti

Berapa lama lagi waktu bahagia kembali ?
Menumpuk duka ini mematikan rasa dan sadarku
Hati, jiwa, dan asa tak sanggup tergerak lagi
Berhenti di sisi pusaran bumi
Diam, menggugu tersedu

Bumi...
Ia yang telah lama mengenal jati diri ini
Tak pernah menelantarkan raga dan jasad ini terlalu lama menyepi
dan menyesat diri
Berbisik ia pada batu, kerikil tajam, dan onak duri
Jangan pernah kau menggores tubuhnya lagi
Ia pun berujar pada tanah yang tak henti dipijak
Sudilah kiranya kau nampakan lagi rumput sebagai alas yang rimbun  dan menghijau

Di atasnya, serangga kecil nan lincah dan riang
Melompat-lompat dengan girang
Memadu padan kehidupan pada keindahan alam
Tiada lagi rintihan, karena yang ada hanyalah senyuman
Menikmati anugerah terindah yang Allah suguhkan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun