Bandung yang saya sambangi kala itu (25/4) memang membuat mata pangling. Saya baru merasakan hawa dari julukan yang disematkan para tuan dan nona noni penjajah dulu: Bandung is het Parijs Van Java. Bandung adalah Parisnya orang Jawa. Meskipun tak tampak menara Eiffel di Bandung, tapi cuacanya yang konsisten dingin dan someahnya orang-orang Bandung, membuat Bandung pantas diganjar julukan itu. Terlebih, ketika sejauh mata memandang jalan Asia Afrika, kursi-kursi taman bergaya klasik, lampu-lampu trotoar dengan citarasa desain Eropa, serta hiasan berbentuk bola yang berjejer di sepanjang trotoar, membuat saya yang belum pernah ke Eropa pun berlaga merasa sedang di Eropa.
Setibanya di kota Paris wanna be itu, saya disambut macet. Meskipun tak terlalu pakar, saya tahu beberapa titik-titik utama macet di kota Bandung: Jalan Setia Budi, Kawasan Dago, serta jalan Cihampelas. Tapi, macet pekan ini sedikit anomali, kawasan Asia Afrika dan Braga yang jadi titik macet utama.