Sementara rintik hujan masih membasahi bumi dan menambah volume air di kolam itu, terdapat segerombolan kodok yang sedang bersahut-sahutan, menyanyikan lagu cinta dan kasamaran dengan segerombolan kodok yang lainnya di tempat yang agak berjauhan di sekitaran kolam itu.
Kodok-kodok itu berpasang-pasangan, bahkan sudah ada yang saling menindih untuk bercumbu dan larut hasrat cinta hewani memuaskan dahaga yg telah lama dipendam semasa musim paceklik (kemarau). Sementara ada satu lagi katak mungil yang masih sendiri membisu dalam keriuhan suka cita teman-temannya yang bersahut-sahutan dalam gelora asmara di bawah rintik gerimis. Tampak murung sang kodok mungil itu mendapati dirinya dalam kesendirian tanpa pasangan.
"Ah sial sekali aku ini". Gerutu sang kodok mungil pada hujan, pada rumput, pada tepian kolam dan pada siapapun yang ia jumpai.
Hingga tiba waktunya, sang kodok lain yang tambun dan selesai bercinta dengan pasangannya menghampiri kodok mungil itu.
"Wah, semuanya sedang berpesta pora dalam kegembiraan, kenapa kamu murung bermuram durja begitu?. Bercintalah, seperti yang lain-lain!". Ucapk sang kodok tambun menghibur sang kodok mungil.
"Bagaimana mungkin aku akan bercinta dengan kodok betinaku, sedangkan aku terlalu mungil untuk mencumbuinya?, dia selalu menolakku setiap kali aku ajak bercinta. Tolong, berilah aku nasihat sekali ini saja agar aku bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan kodok betinaku yang jauh lebih besar dariku". Ucap sang kodok mungil memelas.
"Haha...jangan bersedih mas brow. Baiklah, aku akan memberikan nasihatku agar engkau dapat bercinta dengan kodok betinamu itu. Tapi dengan catatan, jangan pernah salahkan aku atas nasihatku itu". Begitu kata-kata sang kodok tambun dengan sedikit meledek puas sang kodok mungil.
"Baiklah. Aku akan tanggung segala resikonya, yang terpenting aku bisa bercinta dengan kodok betinaku". Ucap sang kodok mungil dengan wajah sumringah dan girang bukan kepalang.
Dalam bathin sang kodok mungil, bersuka cita karena akhirnya akan ikut merasakan nikmatnya bercinta dengan kodok betinanya. Sang kodok mungil merasa akhirnya akan bisa memuaskan birahinya yang telah lama buntu, dipasung oleh keadaannya yang terlalu mungil.
"Apapun yang terjadi mas brow?" kata sang kodok tambun meminta konfirmasi.
"Apapun frends, demi hasrat cinta dan birahiku, bukit tanggi khan kudaki, lautan luas kuseberangi.". Ucap sang kodok mungil meyakinkan temannya itu.
"Baiklah, bersiap-siaplah untuk membuka mulut kamu lebar-lebar". Kata sang kodok tambun
" Siap" Kata sang kodok mungil...
Lalu dimasukkanlah selang oleh sang kodok tambun ke dalam mulut sang kodok mungil sampe batas kerongkongannya. Lalu dimintanya sang kodok mungil itu mengatupkan dua bibirnya sehingga mulutnya tertutup rapat. Lalu sang kodok tambun memeriksa bagian-bagiannya meyakinkan diri bahwa tidak ada kebocoran udara dari mulut sang kodok mungil yang telah dimasukkin selang udara.
"Sudah siap mas brow?." tanya sang kodok tambun kepada sang kodok mungil
Lalu sang kodok mungil itu mengacungkan jempolnya, yang menandakan bahwa semua sudah siap. Bergegaslah sang kodok tambun itu menuju ke karet pemompa udara yang ditinggalkan oleh peneliti yang sedang meneliti spesies yang hidup di kolam itu.
Dengan melompat-lompat sang kodok tambun memompakan udara itu ke perut sang kodok mungil itu. Celakanya, ada segerombalan kodok betina melintas dengan seksinya dan diajak ngobrollah sang kodok tambun sehingga melompat lebih kencang sambil bergaya di depan para kodok betina. Para kodok betina itu tertawa dan riang gembira melihat tingkah pola sang kodok tambun yang terlihat macho dan seksi. Tanpa sadar sang kodok tambun terus memompokan udara kedalam perut sang kodok mungil sampai batas kewajaran. Sang kodok mungil yang mulutnya disumpal oleh selang udara hanya megap-megap sambil menepuk-nepukannya kakinya tanda minta berhenti. Namun karena kelengahan dan kelalaian sang kodok tambun, tanda itu tak didengar dan diperhatikannya.
Dan pada akhirnya, setelah perut sang kodok mungil itu melembung selayak balon ulang tahun, maka meletuslah perutnya
"Duaaarrrrr...."
Berhamburanlah semua isi perut sang kodok mungil itu sembari memancarkan darah berceceran kemana-mana termasuk ke tubuh sang kodok tambun. Maka kagetlah sang kodok tambun itu.
"Alamak...lupa aku kalau sedang memompa mas brow."
Dihampirinya tubuh sang kodok mungil itu yang telah meletus dan menyisakan kepalanya yang sudah dilumuri darah dan bagian dalam perutnya yang berceceran. Matanya tampak sayu dan akhirnya terpejam untuk selamanya.
Para kodok betina yang berada disamping sang kodok tambun tampak biasa-biasa saja menyaksikan itu dan nyeletuk : "Mesakke rek..."
Akhirnya, sang kodok mungil yang memaksakan diri untuk bercumbu dan bercinta itupun mati bersama seluruh hasrat cinta dan birahinya.
~~~~~
~~~~~