**Al Ulfah1*, Nur Afwana2*, Siti Fadhilatun Nisa3*, Surinatul Jamaliyah4*,
1 Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Sultan Agung Indonesia.
* Penulis Korespondensi. E-mail: nurafawana@gmail.com**
**PENDAHULUAN**
Pendidikan merupakan hak asasi yang dijamin oleh undang-undang. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Rahmawati, 2018).
Dari definisi tersebut, terlihat bahwa tujuan pendidikan nasional tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik tetapi juga untuk mengoptimalkan keterampilan afektif dan psikomotoriknya. Peran teknologi sangat penting dalam proses pendidikan untuk mencapai kesuksesan. Pendidikan berfungsi sebagai wadah bagi sumber daya manusia untuk mengembangkan diri dan sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, sehingga memegang peran penting dalam memastikan kelangsungan hidup dan menjamin kehidupan yang lebih baik (Ilmiah et al., 2024).
Pendidikan matematika, sering disebut sebagai ratu dari segala ilmu, diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari karena kemampuannya untuk menyederhanakan masalah. Matematika mencakup proses penalaran, argumentasi, pengembangan logika, dan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah. Literasi matematika meliputi kemampuan menulis, membaca, dan menyampaikan informasi, sedangkan numerasi berkaitan dengan angka dan masalah matematika. Kombinasi literasi dan numerasi membekali individu untuk memahami dan menyelesaikan masalah, menerapkan informasi dalam berbagai bentuk, dan menginterpretasikan hasil. Meningkatkan dan mempertahankan tingkat literasi numerik melibatkan pengajaran matematika.
Di era revolusi 4.0, pendidikan matematika menekankan penerapan teknologi. Pembelajaran di era ini menuntut pendekatan yang cepat dan canggih, sehingga diperlukan teknologi dalam pendidikan matematika. Persyaratan untuk menerapkan pembelajaran berbasis digital atau teknologi termasuk keterampilan literasi numerik (Numerasi et al., 2024).
**METODE**
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur, merujuk pada beberapa jurnal. Tinjauan literatur sistematis digunakan untuk mengidentifikasi, menilai, dan menafsirkan dokumen, artikel, dan bukti penelitian lainnya untuk menjawab pertanyaan penelitian tertentu. Metode pengumpulan data termasuk buku yang relevan, jurnal nasional dan internasional, serta literatur lainnya.
**HASIL DAN DISKUSI**
Teknologi sangat penting dalam hampir setiap aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam pendidikan matematika, teknologi memainkan peran signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Agung Trisna Jayantika dan Gaudensia Namur melibatkan penelitian tindakan kelas dengan 39 siswa dari SMA Dwijendra Bualu untuk tahun ajaran 2021/2022. Analisis selama observasi awal, siklus 1, dan siklus 2 disajikan dalam tabel berikut.
Hasil belajar rata-rata menunjukkan peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus 1, terjadi peningkatan sebesar 4,85% atau 7,88% dibandingkan dengan observasi awal. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini adalah proses pelatihan (Hidayatullah et al., 2022). Sebelum penelitian, siswa diajarkan secara manual, didominasi oleh guru, dan siswa bersikap pasif. Penerapan literasi digital dalam pembelajaran matematika melibatkan dua siklus dengan hasil berikut:
(a) Pada siklus I, ketuntasan skor kognitif meningkat sebesar 4,85%, mencapai skor 66 dan memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan. Namun, terdapat tantangan seperti pemahaman siswa yang kurang tentang literasi digital dan ketidakterbiasaan mereka, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami konsep literasi digital. Siklus I tidak sepenuhnya berhasil karena masalah ini, yang mengarah pada kelanjutan di siklus II.
Peningkatan ketuntasan skor kognitif pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk kegiatan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 19,25% dengan rata-rata 77,50, memenuhi indikator keberhasilan. Aspek kognitif meliputi mengingat, memahami, menganalisis, menciptakan, dan mengevaluasi. Dalam memahami, siswa mencari materi pembelajaran tentang alat musik ansambel tradisional setelah peneliti menjelaskannya. Pengawasan selama pembelajaran dengan ponsel sangat penting. Dalam penerapan, siswa menggunakan Google atau Chrome untuk mencari materi pembelajaran. Mereka menganalisis dengan merangkum materi yang ditemukan secara online, dan evaluasi melibatkan tes untuk menilai pengetahuan mereka tentang matematika setelah mempelajarinya. Ketuntasan yang rendah pada siklus I disebabkan oleh kurangnya fokus siswa, karena mereka menggunakan media sosial selama pembelajaran dan kesulitan dengan terlalu banyak materi.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, siklus II melibatkan pembimbingan dan pengawasan siswa untuk menjaga fokus pada materi pembelajaran. Siswa yang dipilih secara acak menjelaskan materi sementara yang lain mendengarkan dan merangkum. Video tentang proses pengembangan digital ditampilkan untuk meningkatkan pemahaman. Aspek afektif dinilai melalui lembar pengamatan, meliputi ketelitian, kedisiplinan, penyelesaian tugas, kesopanan, dan membantu teman. Aspek psikomotorik mencakup ide, kecepatan mencari informasi, aktivitas, dan ketepatan. Siswa diminta berpikir kritis, melengkapi atau menggabungkan jawaban siswa lain. Penilaian psikomotorik melatih siswa untuk mengemukakan ide dari materi, memanfaatkan efisiensi internet, memberikan jawaban yang akurat, dan bereaksi dengan tepat selama pelajaran (Jayantika & Namur, 2022).
**KESIMPULAN**
Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknologi sangat meningkatkan pendidikan, terutama dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Penerapan literasi digital menyebabkan peningkatan belajar yang signifikan bagi siswa di SMA Dwijendra Bualu.
Pada siklus 1, terdapat peningkatan sebesar 4,85% atau 7,88% dari observasi awal, meskipun ada tantangan seperti pemahaman siswa yang terbatas tentang literasi digital dan gangguan media sosial. Siklus 2, dengan pengawasan yang lebih ketat dan metode pengajaran interaktif, menghasilkan peningkatan sebesar 19,25% dengan skor rata-rata 77,50.
Penelitian ini juga menekankan pentingnya penilaian dalam tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang membantu siswa mengembangkan berbagai keterampilan. Oleh karena itu, penerapan teknologi dalam pendidikan matematika terbukti efektif ketika didukung oleh strategi pembelajaran yang tepat dan bimbingan yang memadai.