"Bang, mana kalung jamrud kolumbia yang mas bilang dulu?"
"Abang sudah pesen sama desainer perhiasan kenalan abang, tapi katanya jamrud kolumbia lagi sukar barangnya. Minggu depan mudah-mudahan kelar."
Persis seminggu kemudian, Desainer perhiasan kenalan Fatonah mengirimkan kalung emas bertahtakan jamrud kolumbia yang dibungkus kotak indah disertai tagihan sebesar Rp.50.000.000,-.
Namun apa lacur, sehari berikutnya  kiriman itu dikembalikan Fatonah. Selain kotak perhiasan ia juga menyertakan sebuah memo yang berisi: "Aku suka kalung jamrud itu, tapi aku tak suka harganya. Jika ente mau menerima cek yang kuberikan senilai Rp.40.000.000,- ini, kirimkan lagi kotak ini dengan segel masih utuh."
Si Desainer perhiasan itu tersinggung berat atas hal ini. Harga dirinya terasa dilecehkan. Pantang baginya sebuah karya seni ditawar harganya. Dengan berang, ia buka kotak perhiasan itu. Tapi alangkah kagetnya ia, kalung jamrud kolumbia tidak ada di dalam tapi yang ada selembar cek senilai RP.50.000.000,-